Scroll untuk membaca artikel
Reza Gunadha | Chyntia Sami Bhayangkara
Sabtu, 23 Januari 2021 | 09:26 WIB
Pandji

BeritaHits.id - Rapper Marzuki Mohammad atau Kill The DJ angkat bicara mengenai komika Pandji Pragiwaksono yang membandingkan FPI dengan NU dan Muhammadiyah.

Melalui akun Twitter miliknya @killthedj, Kill The DJ menilai kasus Pandji membandingkan FPI dengan NU dan Muhammadiyah paling tepat disandingkan dengan kasus artis Nia Ramadhani tak bisa mengupas salak hingga viral.

"Saya sebagai orang kampung pasti tertawa akan terbatasnya pengetahuan mereka," kata Kill The DJ seperti dikutip Suara.com, Sabtu (23/1/2021).

Kill The DJ mengutip tulisan Anupama Chopra dalam buku berjudul King of Bollywood.

Baca Juga: Dianggap Berpikir Mundur, PP Muhammadiyah Suruh Pandji Banyak Baca Buku

Dalam buku itu isebutkan, salah satu sindrom orang yang tinggal di kota besar adalah sok tahu tentang dunia.

Padahal, orang tersebut tak menyadari jika wawasannya terpenjara oleh kota tempat dia tinggal.

"Salah satu sindrom dari orang yang tinggal di kota besar adalah “sok tahu” tentang dunia ini, tanpa menyadari bahwa sebenarnya wawasannya terpenjara oleh kota tempat dia tinggal," ungkap Kill The DJ.

Kill The DJ komentari Pandji bandingkan FPI dengan NU dan Muhammadiyah (Twitter)

Sebagaimana diketahui sebelumnya, komika Pandji Pragiwaksono sempat menjadi perhatian gegara ucapannya soal FPI lebih merakyat dibanding NU dan Muhammadiyah.

Pernyataan itu ramai jadi pembahasan di media sosial, berbagai pihak reaktif dengan kata-kata komika itu.
Nah setelah ramai nih, Pandji meminta publik untuk lebih cermat. Pandji menjelaskan, kata-kata FPI lebih merakyat dibanding NU Muhammadiyah itu asalnya bukan dari mulutnya. Pernyataan itu merupakan ucapan dari sosiolog Thamrin Amal Tomagola 9 tahun lalau saat diwawancarai Pandji.

Baca Juga: Emosional, Gus Miftah: Pernyataan Pandji Soal NU Menyakitkan

Pandji Pragiwaksono berujar, banyak masyarakat terutama kalangan bawah akhirnya menjadi simpatisan FPI lantaran merasa selalu dibantu kelompok tersebut. Pandji mengaku, pernyataan itu dia dengar dari Sosiolog Thamrin Amal Tomagola ketika diwawancarainya di Hard Rock FM Jakarta, 9 tahun lalu.

“FPI itu dekat dengan masyarakat. Ini gue dengar dari Pak Thamrin Tomagola dulu tahun 2012, kalau misalnya ada anak mau masuk di sebuah sekolah, kemudian enggak bisa masuk, itu biasanya orang tuanya datangi FPI minta surat. Dibikinin surat ke FPI, dibawa ke sekolah, itu anak bisa masuk. Terlepas dari isi surat itu menakutkan atau tidak, tapi nolong warga gitu,” ujar Pandji di saluran Youtube-nya.

Lebih jauh, Pandji menambahkan, FPI senang berbaur dan dikenal dekat dengan masyarakat kelas bawah ketika para elit dari ormas Islam besar, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah justru jauh dari mereka

“FPI itu hadir gara-gara dua ormas besar Islam (NU dan Muhammadiyah) jauh dari rakyat. Mereka elit-elit politik. Sementara FPI itu dekat. Kalau ada yang sakit, ada warga yang sakit mau berobat, enggak punya duit, ke FPI, kadang-kadang FPI ngasih duit, kadang FPI ngasih surat. Suratnya dibawa ke dokter, jadi diterima,” ujar Pandji menceritakan pikiran Thamrin.

“Kata Pak Tamrin Tomagola, pintu rumahnya ulama-ulama FPI kebuka untuk warga, jadi orang kalau mau datang bisa. Nah, yang NU dan Muhammadiyah yang terlalu tinggi dan elitis, warga tuh enggak ke situ, warga justru ke FPI. Makanya mereka pada pro FPI, karena FPI ada ketika mereka butuhkan."

Load More