Bukti Emak-Emak Ras Terkuat di Bumi: Angkut Batu Meski Sambil Ngedumel

BeritaHits.id - Gelar yang disandang emak-emak sebagai ras terkuat di bumi harus diakui. Bagaimana tidak menjadi ras terkuat? Jika emak-emak ini bisa mengangkat benda seberat apapun.

Pengguna TikTok @wulannuri1 membagikan momen ketika emak-emak ini mengangkat bebatuan.

"Dunia malek," tulisan dalam video ini seperti dikutip oleh Beritahits.id, Kamis (23/12/2021).

Dalam video tersebut, terlihat ada tiga orang emak-emak. Dua orang emak-emak di depan, satu lagi di belakang sendiri.

Baca Juga: Ambil Minuman yang Disediakan Pemilik Rumah, Kurir Malah Cari Benda Ini, Bikin Salut

Emak-emak yang di depan satu mengangkut batu dengan tangan, satunya lagi menggunakan gerobak pasari. Emak yang di belakang sendiri juga mengangkut batu dengan gerobak pasir.

"Wis melase wong wedok ngene iki. Wong lanang podo cangkruk, wong wedok kon megawa," ujar emak berbaju ungu.

"Wis ora ngatasi wong lanang ngene iki," sahut emak baju biru.

Arti dari percakapan tersebut adalah keluhan emak-emak ini. Mereka merasa kasihan terhadap dirinya sebagai perempuan.

Laki-laki asik nongkrong, perempuan harus berkerja. Menurut emak baju biru, laki-laki nggak bisa mengatasi pekerjaan seperti itu.

Baca Juga: Viral Marbot Masjid Tampan Mirip Pesepak Bola, 'Ronaldo dengan Kearifan Lokal'

Video yang ditonton sebanyak 985,2 ribu ini mencuri perhatian warganet.

"Ngekek pas ngomong: Wis ora ngatasi wong lanang ngene iki," tulis warganet.

"Anggep ae program olahraga diet buk jo ngrumeng," komentar yang lain.

"Lucu yang dorong angkong sambil ngomel-ngomel," imbuh warganet lain.

"Kalau gini gosip lebih sehat moms," timpal pengguna TikTok.

Warganet juga dibuat salah fokus dengan kondisi desa dalam video tersebut.

"Desanya kayaknya nyaman banget ya," komentar salah satu pengguna TikTok.

"Suasana desanya menyenangkan kayaknya di tempat saudaraku, pagar rumahnya dari tumbuhan," tulis warganet lain.

"Bagus desanya, dimana itu kak?" tanya warganet.

"Bagus amat kampungnya," timpal yang lainnya.

Kontributor : Haqia Alfariz Ramadhani