Scroll untuk membaca artikel
Dany Garjito | Evi Nur Afiah
Minggu, 17 Juli 2022 | 13:27 WIB
Demonstrasi menentang Islamophobia di London, Inggris. (Foto: Anadolu Agency)

BeritaHits.id - Komunitas Santri Gus Nadirsyah Hosen ikut mengomentari deklarasi Gerakan Nasional Anti Islamophobia (GNAI). Gerakan tersebut untuk melawan Islamophobia diikuti oleh sejumlah tokoh nasional lintas ormas Islam.

Acara deklarasi tersebut merupakan yang pertama di Indonesia untuk menangkal stigmatisasi negatif yang dianggap radikal, intoleran dan teroris.

Komunitas Santri menuliskan sepenggal pendapat melalui akun Twitter dengan nama @na_dirs. Pada cuitannya menyebut bahwa tidak ada Islamophobia di Indonesia. 

"Presiden sudah naik haji, bahkan masuk Ka’bah dan makam Nabi Muhammad. Wapresnya ulama besar. Rukun Iman sampai Rukun Islam semuanya bisa dijalankan dan difasilitasi di Indonesia," cuit akun tersebut dikutip Beritahits.id pada Minggu, 917/7/2022).

Baca Juga: Viral Final Piala AFF U-19 Sepi Penonton, Warganet Beri Komentar Menohok: Cuan Gagal Masuk Kantong AFF

Cuitan komunitas NU muda soal Gerakan Nasional Anti Islamophobia (GNAI) (Twitter/ @na_dirs).

"Yang ada itu politisi jualan emosi umat.  Ayo cerdaskan umat, jangan mau dibohongi terus," tutur akun tersebut.

Deklarasi GNAI didasari pada resolusi PBB yang telah mencanangkan setiap tanggal 15 maret sebagai hari melawan islamophobia. 

Deklarasi ini diselenggarakan di Gedung Buya Hamka Masjid Agung Al Azhar Jakarta Jumat, (15/7/2022). 

Lalu, apa sebenarnya Islamophobia tersebut?

Arti Islamophobia

Baca Juga: Viral Penonton Indonesia Beri Kartu Merah ke Wasit Singapore Open 2022

Islamophobia merupakan sebuah istilah yang digunakan sebagai sebutan kontroversial yang merujuk pada prasangka, diskriminasi, ketakutan, dan kebencian terhadap Islam dan umat Muslim.

Islamophobia sebenarnya sudah ada sejak lama, terutama di negara-negara yang mayoritas penduduknya non-muslim.

Mengutip dari hasil penelitian Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ibnu Nadzir, Islamophobia sendiri muncul bukan tanpa dasar.

Fenomena terkait dengan adanya Islamophobia ini dikaitkan dengan kebudayaan yang ada di suatu negara. Dalam hal ini, Ibnu Nadzir menyebutkan bahwa masyarakat harus bisa mengerti bahwa budaya di negara-negara Barat sangat kental oleh nilai-nilai agama kristen.

Hal tersebutlah yang kemudian dapat mempengaruhi persepsi masyarakat di negara bagian Barat terhadap Islam dan umat Muslim yang merupakan pengikutnya.

Pada perkembangan era modern sendiri, Islamophobia muncul sebagai sebuah akibat dari hadirnya globalisasi yang ada sejak beberapa dekade lalu. Latar belakang adanya Islamophobia di setiap negara berbeda-beda.

Ibu Nadzir dalam hal ini memberikan contoh di negara Inggris. Di negara Inggris, kecurigaan terhadap penganut agama Islam terjadi sejak adanya imigran yang berdatangan ke negara tersebut pada periode 1970-1980.

Istilah Islamophobia mulai digunakan setelah adanya kebencian para penduduk pribumi Inggris kepada imigran yang berdatangan. Lalu, setelah itu, istilah Islamophobia kemudian meluas ke masyarakat di negara-negara non Muslim, seperti Amerika Serikat (AS).

Negara Amerika Serikat (AS) seperti tercatat dalam sejarah, sempat mengalami peristiwa teror yang kabarnya dilakukan oleh penganut agama Islam. Hal tersebut kemudian menjadikan negara-negara yang mayoritas adalah non-muslim yang ada di dunia menjadi ketakutan dan memiliki kebencian terhadap Muslim.

Sebenarnya, istilah Islamophobia ini sendiri sudah terjadi sejak zaman Rasulullah, ketika beliau berdakwah dan terdapat banyak para kaum kafir Quraisy yang menentang ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah tersebut. Namun, istilah Islamophobia ini mulai populer sejak adanya peristiwa 9/11 di Amerika Serikat yang dilakukan oleh orang yang memiliki identitas muslim.

Load More