Scroll untuk membaca artikel
Ruth Meliana Dwi Indriani | Sekar Anindyah Lamase
Jum'at, 23 September 2022 | 15:38 WIB
Ilustrasi berisik, suara keras, suara mengganggu. (Dok. Envato)

"Kalau pelan cuma samar-sama aja dan nggak bakal ganggu. Tambah anak mereka suka nangis kejer dan nggak berusaha ditenangin," tutur sender.

"Kalau pertama sih masih kasihan tapi lama kelamaan makin ngeselin bayangin deh segedeg apa aku sudah menahan emosi," lanjutnya.

Sender pun terkadang menahan emosi hingga kepalanya sakit karena setiap waktu berisik dengan perbincangan mereka dan anak yang sellau menangis.

Suatu hari, pasutri itu berkelahi hebat pada malam hari hingga sang istri menangis meraung-raung.

Baca Juga: Viral Pengantin Pria di Ponorogo Diarak Naik Kuda Menuju ke Rumah Pengantin Wanita, Netizen: Kaya Pendekar

Sender mengira mereka cekcok, namun si suami berteriak dan memukul isyti dengan begitu kencang sampai suaranya terdengar begitu jelas di kamar sender.

Saat itu, sender dan pemilik kos sudah was-was di luar kamar. Akan tetapi mereka pun pergi dan tidak melerai karena merasa istri tak meminta tolong.

Tak berselang lama, mereka kembali cekcok dan sender yang sudah tak tahan langsung melaporkan hal tersebut ke pemilik kos.

"Eh si suaminya nggak terima dilaporin malah numbuk tembok batas kamar kenceng banget sama pengen labrak aku tapi istrinya teriak "jangan"," terangnya.

"Seolah-olah gitu kalau punya anak bisa punya privilege melakukan seenaknya tanpa mikirin ketenangan sekitarnya. Emangnya aku jahat ya merasa terganggu?" tutup sender.

Baca Juga: 2 Hal Penyebab Toxic Relationship pada Gen Z

Cuitan itu seketika ramai dan dibanjiri beragam tanggapan hingga saran dari warganet di kolom komentar.

Load More