Scroll untuk membaca artikel
Ruth Meliana Dwi Indriani | Evi Nur Afiah
Jum'at, 14 Oktober 2022 | 20:45 WIB
Menkopolhukam, Mahfud MD. (Twitter/@Miduk17)

BeritaHits.id - Tragedi jatuhnya ratusan nyawa di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu, ternyata lebih mengerikan dari yang beredar di televisi maupun media sosial.

Hal tersebut diungkap oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD.

"Proses jatuhnya korban itu jauh lebih mengerikan dari yang beredar di televisi maupun di medsos," kata Mahfud dalam konferensi persnya di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (14/10/2022) dikutip Warta Ekonomi -- jaringan Suara.com.

Kronologi jatuhnya korban diperoleh Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) melalui 32 CCTV yang ada di sekitar Stadion Kanjuruhan.

Baca Juga: 3 Dampak Negatif bagi Shin Tae-yong usai Ancam Mundur dari Timnas Indonesia

Menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut, jatuhnya korban tidak sekonyong-konyong karena gas air mata saja.

Pedihnya gas air mata memang membuat ribuan penonton berjerit. Namun banyak juga korban berjatuhan karena kehabisan napas pada saat kejadian.

"Ada yang saling gandengan untuk keluar bersama; yang satu bisa keluar, yang satu tertinggal. Yang di luar (stadion) balik lagi untuk menolong temannya, terinjak-injak, mati," ujarnya.

Lebih lanjut, ada pula yang mencoba membantu memberi nafas buatan tapi gugur di lokasi karena gas air mata yang langsung membumbung di langit Stadion Kanjuruhan.

Akibatnya, banyak yang meninggal sampai dengan kondisi kritis.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, TGIPF Sarankan Ketua Umum PSSI Mundur

"Dipastikan itu terjadi karena desak-desakan setelah ada gas air mata yang disemprotkan. Itu penyebabnya," jelas Mahfud.

Sementara itu, Mahfud juga bicara soal kandungan zat kimia yang ada dalam gas air mata yang kini tengah dilakukan pedalaman di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). 

Pendalaman tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat keberbahayaan gas air mata yang digunakan.

"Apapun hasil pemeriksaan dari BRIN, itu tidak bisa mengurai kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama disebabkan oleh gas air mata," katanya.

Load More