Scroll untuk membaca artikel
Dany Garjito
Kamis, 15 April 2021 | 20:04 WIB
Algi beli bacol ke Cimahi (Suara.com)

BeritaHits.id - Bacol bikin nagih! Setidaknya itulah yang dirasakan Algi, seorang pegawai asal Kabupaten Bandung.

Algi yang berusia 35 tahun ini sengaja ngebacol setelah pulang kerja.

"Tadi abis pulang kerja, sengaja beli bacol dulu. Ini bukan pertama, tapi udah lumayan sering," kata Algi.

Apa itu Bacol?

Baca Juga: Pemain Bola Buka Puasa di Tengah Pertandingan, Tuai Pujian Publik

Bacol adalah salah satu nama makanan unik berupa gorengan mini berisi bala-bala, gehu, dan cireng. Lokasi bacol ini bisa dijumpai di Jalan Sriwijaya, Kota Cimahi. Tepatnya di seberang Pasar Antri Baru.

Nikmatnya bacol bertahan nyaris sudah tiga dekade. Usaha bacol dirintis pertama kali oleh mendiang Syahroni tahun 1992. Kala itu, almarhum bersama istrinya berjualan di sekitar Pasar Antri Lama.

"Orang tua mulai jualan tahun 1992. Saya generasi kedua," ujar Iran Jaya (39), anak dari almarhum Syahroni, seperti dikutip BeritaHits.id dari SuaraJabar.id, Kamis (15/4/2021).

Secara umum, bala-bala, gehu dan cireng yang dijual keluarganya sama saja seperti gorengan lainnya ketika pertama kali berjualan. Terbuat dari bahan seperti terigu, kol, wortel, daun bawang, seledri, dan tepung terigu.

Hanya saja memang bentuknya sudah mini sejak dulu. Kemudian yang membedakan dan menjadi ciri khas adalah bumbu kacangnya. Ada perpaduan rasa asam, manis dan pedas.

Baca Juga: Jangan Salah Kaprah, Ini Maksud Hadist Tidur Orang Berpuasa adalah Ibadah

"Dari pertama memang sudah begitu bumbunya," ucap Iran.

Kenapa namanya bacol?

Perpaduan gorengan dan bumbu khas itulah yang kemudian tercetus nama Bacol alias Bala-bala Cocol. Nama makanan unik itu tercetus dari anak-anak sekolah saat itu.

"Awalnya anak-anak sekolah dulu yang suka nyebut gorengan bikinan orang tua saya Bacol," sebut Iran.

Sejak saat itulah Bacol dikukuhkan menjadi semacam brand gorengan keluarganya. Tahun 2000-an, bala-bala, gehu dan cireng yang kini dijual di Jalan Raya Sriwijaya dan Jalan Permana, Kota Cimahi itu mulai dikenal.

Tak sedikit orang yang sengaja datang dari daerah lain hanya untuk memuaskan lidahnya dengan rasa khas gorengan Bacol. Meski nyaris berusia tiga dekade, enaknya tetap konsisten hingga kini.

Hal itulah yang membuat "Bacol" tetap konsisten dengan gorengan mini dan bumbu khasnya. Kemunculan-kemunculan gorengan serupa sama sekali tidak menggerus peminatnya.

Dengan bacol bisa menghasilkan Rp 15 juta

Dalam sehari, bisa terjual hingga 10 ribu gorengan. Penjualannya akan lebih mengikat saat bulan Ramadan. Rata-rata habis terjual sekitar 30 ribu dalam sehari. Itu sebelum Covid-19 mewabah.

Setelah Covid-19 mewabah, penjualannya pun menurun hanya sekitar 5 ribu yang terjual dalam sehari. Kemudian saat bulan puasa hanya sekitar 15 ribu yang terjual.

Dari gorengan yang terjual itu, omzet yang didapat mencapai Rp 10 juta. Namun menurun 30 persen saat pandemi Covid-19. Ketika memasuki bulan Ramadhan, omzetnya biasanya naik hingga Rp 15 juta per bulan.

"Penyebabnya karena ada pembatasan pas awal-awal. Terus dulu setelah salat Tarawih itu masih banyak yang beli, sekarang lewat magrib udah jarang,” ungkap Iran.

Meski ada penurunan penjualan, namun Bacol khas Cimahi itu masih menjadi salah satu kuliner buruan. Termasuk bulan Ramadhan, dimana menjelang buka puasa biasanya pembeli sampai rela antre.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More