6 Warisan Budaya Indonesia Pernah Diklaim Malaysia, Wayang Kulit hingga Reog Ponorogo

BeritaHits.id - Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki beragam budaya.Tak hanya warisan budaya berupa beda, Indonesia juga memiliki banyak warisan budaya tak benda yang telah diakui oleh UNESCO.

Indonesia sering mendapati kasus berbagai warisan budaya yang diklaim oleh Malaysia. Kasus itu selalu memicu amarah masyarakat.

Tak hanya sekali, Malaysia sudah beberapa kali mengklaim budaya Indonesia sebagai budaya mereka. Berikut budaya Indonesia pernah diklaim Malaysia yang sudah dirangkum BeritaHits.id dari berbagai sumber.

1. Wayang Kulit

Baca Juga: Mengejutkan! Hanya 2 Orang Ini yang Disebut Mampu Lunasi Utang Indonesia Rp6.000 Triliun

Wayang kulit menjadi salah satu budaya yang pernah diklaim oleh Malaysia. Beberapa orang Indonesia yang menetap di Malaysia pernah mengadakan pertunjukan wayang kulit sehingga Malaysia mengkalim wayang kulit sebagai budayanya.

Baru-baru ini, Adidas juga telah menyebut bahwa wayang kulit merupakan bagian dari budaya Malaysia dalam produk terbarunya.

"Desainnya berbicara tentang penghormatan kepada Wayang Kulit, bagian penting dari identitas dan warisan budaya Malaysia dengan menggabungkan unsur-unsur Wayang Kulit dengan palet warna modern, dalam pendekatan "lama-bertemu-baru" pada DNA UltraBOOST," tulis Adidas di akun @adidassg menjelaskan konsep produk barunya.

Namun, Adidas telah meminta maaf dan mengganti keterangan di unggahan produknya

UNESCO telah lebih dulu mengakui Wayang Kulit sebagai warisan budaya Indonesia pada 27 November 2003.

Baca Juga: Indonesia Masters 2021: Sengit, Fikri / Bagas Kalahkan Fajar / Rian

2. Lagu Rasa Sayange

Lagu daerah asal Maluku berjudul Rasa Sayange pernah diklaim sebagai warisan budaya Malaysia pada 2007 silam.

Malaysia menggunakan lagu dengan irama persis lagu Rasa Sayange sebagai lagu promosi pariwisata Malaysia. Irama musiknya pun sama persis meski liriknya berbeda.

3. Angklung

Angklung merupakan alat musik asal Jawa Barat yang pernah diklaim sebagai warisan budaya mereka.

Namun, permasalahan itu telah berakhir pasca Angklung terdaftar di UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia pada November 2010.