Scroll untuk membaca artikel
Agatha Vidya Nariswari | Dita Alvinasari
Selasa, 14 November 2023 | 20:43 WIB
Rumah Sakit Al Quds di Gaza jadi salah satu target penembak jitu Israel. Pada Jumat (10/11/2023) dilaporkan satu anak meninggal dunia serta 28 lainnya menjadi korban aksi penembakan tersebut. [Antara/Anadolu]

BeritaHits.id - Menteri Kesehatan Palestina, Mai Al-Kaila, memperingatkan soal adanya 70 pasien kanker yang kini berada dalam ancaman serius karena kurangnya pengobatan dan tindak lanjut kesehatan.

Disebutkan jika secara keseluruhan ada 2.000 pasien kanker di Jalur Gaza hidup dalam kondisi kesehatan yang sangat buruk akibat agresi tentara Israel yang hingga kini terus berlangsung.

Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina, Subhi Sukeyk mengatakan jika ada lebih dari sebulan setelah dimulainya perang, obat-obatan di rumah sakit telah habis.

"Perawatan khusus untuk pasien kanker, seperti kemoterapi dan pengobatan yang menggabungkan beberapa obat, tidak dapat diberikan," kata Sukeyk kepada Al Jazeera, dikutip Suara.com Selasa (14/11/2023).

Baca Juga: Tragis! Bayi-bayi Prematur di Gaza Meninggal, Buntut Mesin Inkubator Mati Usai Diserang Zionis

Seorang pria terluka dan dilarikan petugas ke rumah sakit, akibat serangan Israel di Jalur Gaza. (Foto: AFP)

"Beberapa pasien dipindahkan ke Rumah Sakit Dar Essalam di Khan Younis, yang menurut mereka aman, namun tidak ada tempat yang aman sama sekali di Gaza," imbuhnya.

Subhi Sukeyk lantas membeberkan jika ada beberapa pasien kanker yang  akhirnya meminta untuk dipulangkan ke keluarga. Penyebabnya karena mereka tahu jika rumah sakit sudah tak dapat memberikan pertolongan.

"Setiap hari, kami kehilangan dua atau tiga pasien kanker. Pada malam pasien dipindahkan dari Rumah Sakit Persahabatan Turki. Empat di antaranya meninggal. Malam sebelumnya enam pasien meninggal," terangnya.

Lebih lanjut, disebutkan jika hanya ada beberapa pasien yang tersisa di Rumah Sakit Persahabatan Turki. Di antara mereka adalah Salem Khreis, seorang pasien leukemia berusia 40 tahun.

“Tidak ada obat atau pengobatan. Saya tidak bisa menjelaskan betapa parah rasa sakitnya," ucap Subhi Sukeyk.

Baca Juga: Tega! Emak-emak Minta Donasi Buat Palestina di Perempatan, Diduga Malah Diembat Sendiri

Subhi Sukeyk mengatakan jika dirinya mengapresiasi para dokter yang selalu berada di sisi pasiennya. Namun, dirinya juga tidak bisa menjamin soal kesehatan para pasien kanker yang berada dan berobat ke rumah sakit.

"Mereka berdiri bersama kami dan memberi tahu kami bahwa mereka bersama kami. Namun mata mereka penuh dengan kesedihan dan ketidakberdayaan karena betapa kami menderita," kata Subhi Sukeyk.

"Bisakah kita mati karena pengepungan? Apakah tidak cukup bagi Israel jika kita menderita kanker? Selamatkan kami dari ketidakadilan ini," pungkasnya.

Load More