Efikasi Vaksin Sinovac di Indonesia Hanya 65,3 Persen, Ini Kata Dokter

Dalam sebuah utas yang diunggah di Twitter, seorang dokter menjelaskan apa makna tingkat efikasi vaksin Sinovac yang ada di angka 65,3%.

Dany Garjito | Aprilo Ade Wismoyo
Selasa, 12 Januari 2021 | 11:12 WIB
Efikasi Vaksin Sinovac di Indonesia Hanya 65,3 Persen, Ini Kata Dokter
Petugas melakukan bongkar muat vaksin COVID-19 Sinovac saat tiba di gudang vaksin (cold room) milik Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan di Palembang, Senin (4/1/2020). [ANTARA FOTO/Nova Wahyudi]

BeritaHits.id - BPOM diketahui telah mengumumkan hasil sementara uji klinis fase 3 vaksin Sinovac di Indonesia memiliki efikasi 65.3%. Hal ini menimbulkan spekulasi di kalangan masyarakat yang belum sepenuhnya paham dengan hasil tersebut.

Lewat sebuah utas di akun Twitternya @febrinasugianto, dokter  Febrina Sugianto menjelaskan dengan detail apa maksud dari tingkat efikasi sebesar 65,3% tersebut. Utas tersebut ditulis pada Senin (11/1/2021) dan disukai oleh belasan ribu akun.

Di bagian awal, dokter @febrinasugianto menjelaskan hasil yang uji klinis fase 3 yang diumumkan oleh BPOM. Ia lantas memberikan ilustrasi terkait kondisi masyarakat jika diberikan vaksin dengan tingkat efikasi sebesar 65,3%.

"Hai! Aku mau bahas vaksin SINOVAC ya jadi, BPOM sudah mengumumkan hasil sementara uji klinis fase 3 vaksin Sinovac di Indonesia memiliki efikasi 65.3%," tulisnya dalam utas tersebut.

Baca Juga:Nyesek! Viral Perempuan Pergoki Pacar Selingkuh Lewat Cuitan Orang Lain

"Efikasi 65.3% itu artinya dari 100 orang dengan vaksin Sinovac, ada sekitar 35 orang yg masih bisa terkena infeksi COVID19. Nah sedangkan dari 100 orang tanpa vaksin sinovac, 100 org terkena infeksi COVID19," tulisnya lagi.

Utas seorang dokter yang menjelaskan soal efikasi vaksin Sinovac (Twitter)
Utas seorang dokter yang menjelaskan soal efikasi vaksin Sinovac (Twitter)

Dijelaskan pula bahwa dalam penelitian, relawan dibagi ke dalam dua grup untuk disuntik vaksin dan placebo. Mereka yang ikut sebagai relawan dalam penelitian masih berpotensi terinfeksi COVID19, sehingga tetap harus terapkan 3M.

"Di penelitian ini, relawan dibagi menjadi 2 grup. Vaksin & placebo, semua relawan tidak tau dia diberikan vaksin atau placebo (bukan vaksin, biasanya dgn larutan normal saline). Terus dilihat hasilnya. Nah dari hasil tersebut berarti masih ada kemungkinan terinfeksi COVID19, maka dari itu 3M tetap perlu dilakukan. Mana tau kapan kita masuk ke 65-nya dan kapan kita masuk ke 35-nya?" lanjutnya.

Dokter @febrinasugianto menjelaskan, vaksin Sinovac diragukan karena efikasi yang lebih rendah dari jenis vaksin lainnya. Sinovac disebut menghasilkan antibodi lebih rendah dibanding antibodi penyintas COVID19. Meskipun begitu, ia juga menjelaskan bahwa vaksin Sinovac memiliki suatu keunggulan.

"Vaksin Sinovac diragukan karena efikasi lebih rendah dr vaksin Pfizer (95%) atau Moderna (94.5%) karena Sinovac menghasilkan antibodi lebih rendah dibanding antibodi penyintas COVID19," tulisnya.

Baca Juga:AFC Indonesia Jamin Produk Bahan Minuman Serbuknya Sesuai Standar BPOM

"Tapi keunggulan Sinovac ini terletak pada safety (keamanan), di mana efek samping berat hanya muncul pada 0.1-1% relawan, sedangkan Pfizer 1.5%, Moderna 4.1%," tulisnya lagi.

Menurut dokter @febrinasugianto, efikasi 65% lebih baik daripada tidak sama sekali. Ia juga menjelaskan bahwa vaksin Sinovac telah dinyatakan halal oleh MUI dan disetujui oleh BPOM.

"Efikasi 65% lebih baik daripada tidak sama sekali. Semakin banyak orang divaksin semakin dekat herd immunity (anggep kayak payung) kalo semua orang punya payung & overlap, orang yang nggak pakai payung juga bisa ikut berteduh," tulisnya.

"Jangan lupa konsultasi dengan dokter dulu ya bagi individu dengan penyakit penyerta. Oh iya, Sinovac ini sudah dinyatakan halal juga oleh BPOM & MUI. Ya intinya Sinovac udah diapprove untuk program vaksinasi massal," pungkasnya.

Featured with permission.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak