Makna Mendalam di Balik Wafatnyanya Orang Alim, Sama dengan Kematian Alam

Mautul'alim mautul alam, makna di balik meninggalnya orang alim, termasuk ulama.

Dany Garjito | Hernawan
Sabtu, 16 Januari 2021 | 09:11 WIB
Makna Mendalam di Balik Wafatnyanya Orang Alim, Sama dengan Kematian Alam
Ilustrasi ulama, pemuka agama beri ceramah, pesan, wejangan [shutterstock]

BeritaHits.id - Indonesia belakangan dirundung duka dengan berbagai cobaan dan musibah yang menerpa. Salah satu cobaan itu tak lain wafatnya Ulama yang menjadi salah satu pioner penting dalam masyarakat.

Hari ini, Kamis (15/1/2021), Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf meninggal dunia.

Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf yang dikenal dekat dengan Habib Rizieq Shihab tutup usia sehari setelah Syekh Ali Jaber meninggal dunia dan dikebumikan.

Kepergian ulama karismatik tentu saja meninggalkan luka mendalam bagi khalayak karena mereka dirasa sudah memberi banyak sumbangsih.

Baca Juga:Kenangan Rizieq Shihab dari Habib Ali, Merapal Doa Pelipur Lara di Mekkah

Mengutip Nu.or.id, Rais Aam PBNU KH Miftachur Akhyar mengatakan, "Mautul'alim mautul alam", berarti kematian seseorang yang alim sama dengan kematian alam.

Dalam satu riwayat, kata kiai asal Surabaya ini, seandainya tidak ada ulama atau orang alim, manusia seperti hewan.

"Siapa yang menunjukkan benar salah, tata krama hidup. Kalau tidak ada ulama, tak ada bedanya dengan hewan," ujarnya di Gedung PBNU.

Sementara menurut Kiai Miftah Alim, dalam ungkapan itu terkadung makna tentang penguasaan ilmu agama.

Meski begitu, sebenarnya alim dalam ilmu agama dan umum tidak seharusnya ada dikotomi. Sebab orang alim ilmu agama seharusnya juga mengerti ilmu umum.

Baca Juga:Sehari Syekh Ali Jaber Wafat, Habib Ali Abdurrahman Assegaf Berpulang

"Ilmu umum itu hasil dari penelaahan terhadap ayat-ayat kauniyah, kejadian alam, ada gempa, gerhana, hujan, semuanya itu ilmu. Hanya orang membedakan disebut umum karena Rasulullah tidak membawanya secara ditetapkan sebagai salah syariat. Ahkamus syar'i," terang dia.

Di lain pihak, Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin menjelaskan, usai nabi dan rasul telah tiada, mereka digantikan oleh ahli waris atau warasatul anbiya yakni para ulama.

Para ulama merupakan ahli waris yang diturunkan ilmu dan juga akhlaknya. Oleh sebab itu, ungkapan "Mautul'alim mautul alam" kata dia mengibaratkan bahwa ilmu merupakan cahaya di alam semesta yang menerangi orang dari kegelapang.

Artinya, saat tidak ada ilmu dengan kematiannya orang alim, maka terjadilah kegelapan.

"Jadi wafatnya ulama membawa serta ilmu yang dimilikinya. Belum tentu ulama yang sangat hebat seperti Kiai Haji Maimoen Zubair digantikan oleh orang-orang yang setara denganya di kemudian hari. Belum tentu. Tetapi mungkin juga muncul ulama-ulama yang barangkali di sisi-sisi yang lain memiliki kehebatan ilmu misalnya, amal dan karena itu kita tidak boleh pesimis," tutur Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin.

Oleh sebab itu, lanjut kiai asal Lampung itu, semua pihak harus memberikan kepada lembaga pendidikan, terutama pesantren agar tetap muncul orang-orang alim. Bahkan kualitasnya harus ditingkatkan lebih dari sebelumnya.

"Saya kira banyak ahli-ahli pendidikan pesantren, para kiai yang membikin metode-metode yang cukup bagus. Semua pendidik pesantren yang menekuni metode-metode pengajaran saya kira mereka berkreasi bagaimana ilmu bisa disampaikan lebih sistematis dan lebih dipahami oleh para santri," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak