Lebih lanjut, Ade Armando menjelaskan bahwa perempuan muslim di Indonesia baru mulai berjilban sejak era 1990-an. Dia mengaitkannya dengan paham wahabi dan gagasan negara Islam khilafah.
"Di Indonesia, perempuan muslim baru berjilbab pada tahun 1990-an. Bahkan di Sumatera yang dianggap lebih puritan dibandingkan dengan Jawa misalnya, berjilbab adalah fenomena yang baru berkembang belakangan," tukas Ade Armando.
"Kaum muslimah di Indonesia baru berjilbab sejak masuknya paham Wahabi, konservatisme Islam, ada gagasan negara Islam, ada khilafah, dan seterusnya," lanjut dia.
Kendati begitu, Ade Armando menegaskan bahwa pernyataannya bukan bermaksud menyudutkan kaum muslimat berjilbab. Sebab, kata dia keyakinan soal itu merupakan preferensi masing-masing dan tidak bisa dipaksakan kepada setiap orang.
Baca Juga:Viral Bocah Menangis saat Belajar Berhitung, Aksi Guru Disemprot Warganet
Menurut Ade Armando, berjilbab ataupun tidak, itu tiada hubungannya dengan kualitas dan integritas seseorang.
"Saya tidak ingin mengatakan berjilbab itu salah atau terbelakang. Tapi berjilbab adalah soal keyakinan dan bahkan soal preferensi. Berjilbab tidak punya korelasi dengan kualitas dan integritas," tegasnya.
"Berjilbab adalah gaya berpakaian yang tidak ada standar absolutnya. Bahkan, ualam besar lulusan Al Azhar, Mesir seperti Profersor Doktor Quraish Shihab tidak menganggap berjilbab wajib bagi muslimat. Lihat saja putrinya, Najwa Shihab," tandas Ade Armando.