BeritaHits.id - Pemakaian jilbab menjadi kontroversi di kalangan publik seusai mencuatnya kabar siswi di Padang, Sumatera Barat dipaksa memakai jilbab saat sekolah. Padahal, siswi tersebut tidak beragama Islam.
Banyak pihak menilai penggunaan jilbab merupakan bentuk penghormatan terhadap pemilik agama mayoritas di sebuah wilayah.
Alasan lain yang muncul di tengah pemaksaan penggunaan jilbab datang dari eks Wali Kota Padang, Fauzi Bahar.
Fauzi menyebut siswi diwajibkan memakai jilbab agar bisa terhindar dari gigitan nyamuk penyebab penyakit Demam Berdarah (DBD).
Baca Juga:Dosen UI: Buya Hamka Masuk Neraka Karena Biarkan Keluarga Tak Berjilbab
"Kalau menggunakan pakaian pendek, siswa tidak sadar mereka digigit nyamuk saat belajar. Dengan seluruhnya tertutup, maka hal itu tidak akan terjadi," kata Fauzi.
Di tengah arus pemaksaan mengenakan jilbab, ada perempuan memilih melawan arus tersebut.
Dikutip dari DW Indonesia, Mereka memutuskan untuk tak lagi mengenakan jilbab yang selama ini menutupi kepalanya.
Salah satunya Dewi Susanti yang memutuskan melepas jilbabnya setelah mengenakan selama dua tahun.
Ia mengaku merasa menjadi dirinya sendiri dan bebas dalam mengekspresikan dirinya.
Baca Juga:Komentar Mengejutkan Rektor UNP Soal Siswi Nonmuslim Berjilbab di Padang
"Saya tak berjilbab lagi karena tidak sesuai dengan kata hati saya," kata Dewi dikutip dari DW.com -- jaringan Suara.com, Rabu (27/1/2021).
Selain itu, Nisa Alwis, seorang pemilik pesantren di Pandeglang, Banten warisan sang ayah yang lulusan Madinah, Arab Saudi juga memilih menanggalkan jilbabnya.
Setelah 30 tahun memakai jilbab, Nisa memilih membukanya dan mendorong perempuan berbusana sesuai budaya Indonesia.
"Saya merefleksikan kembali nilai-nilai keislaman setelah saya mendalami filsafat," ungkapnya.
Ada pula kisah Stania Puspawardhani yang memutuskan membuka jilbabnya pada 2013. Meski tak memakai jilbab, ia terus berusaha menunaikan rukun Islam sebaik mungkin.
Stania juga sempat membacakan Hijabi Monologues dalam acara di sebuah kedutaan besar yang menentang stereotip perempuan berhijab.
"Setelah perjalanan pribadi dan profesional saya beberapa tahun terakhir, saya berbicara pada Tuhan 'Saya tidak pakai jilbab ya'" ujarnya.
Ada pula Eli Almira yang memutuskan melepas jilbab. Sejak kecil ia diminta orang tuanya untuk memakai jilbab dengan alasan jilbab wajib untuk perempuan dan akan mendapatkan hukuman di akhirat bila tidak mengenakannya.
"Tuhan jadi sosok yang menakutkan. Jilbab jadi identitas yang tidak diminta tapi wajib dipatuhi. Saya merasa bukan menjadi diri saya sendiri dan selalu berpura-pura menjadi sosok yang ideal di mata orang lain," tuturnya.
Selanjutnya Sindy Nur Fitri juga memutuskan melepas jilbab yang telah digunakannya selama 7 tahun.
Saat ia menempuh pendidikan di Inggris pada 2017, Sindy memutuskan tak berjilbab. Keputusannya itu sempat menjadi pertanyaan keluarga tanpa mempersoalkan keputusannya.
Rekan-rekan kantornya juga sempat menanyakan alasan Sindy melepas jilbab, sesama diplomat bisa memahami keputusannya.
"Saya ingin orang menilai saya apa adanya," tuturnya.