BeritaHits.id - Mantan narapidana kasus bom Bali I, Ali Imron ikut mengomentari kasus bom bunuh diri di gerbang Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) lalu.
Ali Imron menyoroti pelaku bom bunuh diri dan dia menyebut sejauh ini masih banyak yang mengantri untuk mendaftar melakukan aksi semacam itu.
Pernyataan tersebut disampaikan Ali Imron saat menjadi narasumber dalam program Kabar Petang, Senin (29/3/2021).
Ali Imron mengawali dengan cerita dengan menyoroti pertanyaan apakah bom sebagaimana dibuat pelaku bom di Gereja Katedral Makassar bisa dikatakan canggih.
Baca Juga:Salah Jawab Pertanyaan Matematika, Nadiem Makarim Buat Jerome Polin Tertawa
Dia mengatakan, sebenarnya bom itu kurang bisa disebut canggih karena cara membuatnya terbilang mudah.
"Dari pengalaman saya tahu. 20 tahun lalu kami melakukan pengeboman di beberapa gereja di berbagai kota, saya kebagian di Mojokerto. Ini terulang lagi bahkan memprihatinkan dengan cara bunuh diri," terangnya seperti dikutip beritahits.id dari saluran YouTube TV One News, Selasa (30/3/2021).
Ali Imron kemudian menguraikan kemungkinan tujuan aksi bom bunuh diri yang diduga dilakukan pasutri yang baru menikah enam bulan itu dan bagaimana cara mencegahnya.
"Nah apa yang terjadi sebetulnya? Sering saya sampaikan sosialisasi terhadap terorisme di Indonesia itu penting. Kenapa? Supaya masyarakat Indonesia itu ngerti benar apa fakta teroris itu, karena masih banyak yang belum tahu," tukas Ali Imron.
"Ketika belum tahu akhirnya tidak tahu ketika ada teroris yang masuk di kalangan mereka, mengajarkan paham, tidak ada yang mengantisipasi. Masyarakat banyak yang tidak tahu," sambung dia.
Baca Juga:Alissa Wahid: Banyak Teroris yang Berangkat dari Tafsir Ajaran Agama
Terkait dugaan pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Ali Imron mengaku masih banyak yang rebutan untuk mendaftar.
"Untuk melakukan aksi bunuh diri, sekarang masih banyak yang rebutan daftar. Bagi masyarakat gak usah heran," terangnya.
"Aksi yang diniatkan sebagai aksi jihad dengan cara bunuh diri, itu sekarang masih banyak yang rebutan mendaftar. Karena yang diniatkan itu melakukan aksi jihad, pahala besar, ketika mati mati syahid, mulia," tambah Ali Imron.
Meski begitu, menurut dia yang perlu diantisipasi sekarang ialah apakah aksi semacam itu tergolong benar, sehingga harus dipahamkan.
Pasutri Pelaku Bom Bunuh Diri Gereja Katedral Makassar Baru Menikah Tinggal di Kosan
Sehari setelah bom bunuh diri Gereja Katedral Makassar, polisi melakukan indentifikasi di rumah yang diduga menjadi tempat tinggal kedua pelak yang merupakan pasangan suami istri (pasutri)
Lokasi perubahan yang berada di Jalan Tinumbu 1, Lorong 132 A, Kecamatan Bontoala, Kota Makassar diketahui padat panduduk.
Babinsa Kecamatan Bontoala, Baharuddin, mengatakan ada dua lokasi yang digeledah polisi, yakni rumah orang tua Lukman dan rumah kos Lukman.
Menurut Baharuddin, Lukman tinggal di rumah kosan tidak jauh dari rumah orang tuanya. Jarak rumah orang tua Lukman dengan rumah kontrakan sekitar 50 meter.
"Jarak kos dari rumah orang tuanya sekitar 50 meter," kata Baharuddin saat ditemui di lokasi penggeledahan, Senin (29/3/2021).
Lukman tinggal bersama perempuan yang diduga sebagai istrinya bernama Dewi, sejak tiga bulan terakhir ini. Lukman pindah dari rumah orang tuanya karena sering cekcok dengan saudaranya.