BeritaHits.id - Aksi sejumlah bocah kecil (bocil) yang melakukan freestyle saat sujud sholat tengah menjadi fenomena belakangan ini. Tren baru yang kerap dilakukan saat ibadah sholat di masjid itu tentunya menuai banyak kecaman dan membuat warganet miris.
Gerakan freestyle sendiri dilakukan bocil dengan meletakkan kepala dan tangan di lantai sebagai penopang. Selanjutnya, mereka mengangkat kedua kaki tinggi-tinggi ke atas.
Fenomena ini selain banjir kecaman, juga dinilai membahayakan keselamatan diri. Karena itu, penting untuk mengetahui potensi bahaya serta perlunya pendampingan orang tua.
Berikut merupakan sederet fakta mengenai fenomena sujud freestyle:
Baca Juga:7 Fakta Menarik Jelang Duel Chelsea vs Brighton di Liga Inggris
1. Terinspirasi dari Game Free Fire
Fenomena freestyle yang menjadi viral itu ternyata terinspirasi dari sebuah emoji dalam suatu game. Diketahui game tersebut adalah Free Fire (FF) yang memang tengah naik daun.
Tingginya minat anak-anak pada game Free Fire menjadi pemicu mereka nekat melakukan hal membahayakan itu. Terlebih, sudah menjadi sifat alamiah anak kecil untuk meniru apa yang dilihatnya.
2. Viral di Media Sosial
Aksi bocil melakukan freestyle saat sujud di masjid menjadi viral di media sosial. Tak sampai disitu, aksi itu juga menjadi fenomena yang terus ditiru oleh anak-anak lain di berbagai wilayah Indonesia.
Baca Juga:CEK FAKTA: Benarkah Ada Siswa SMA di Papua Ditembak Mati oleh TNI/Polri?
Apalagi, sejumlah pengguna sosial turut membagikan fenomena itu. Contohnya seperti yang dibagikan akun Instagram video_medsos beberapa waktu lalu.
Terlihat, seorang bocil melakukan proses ibadah sholat dengan normal di masjid. Namun saat seluruh jemaah bersujud, bocah itu justru bersujud sambil melayangkan kakinya tinggi-tinggi.
Sontak, aksinya itu terlihat begitu kontras dengan jemaah lainnya. Aksinya yang terekam itu langsung menjadi viral disorot oleh warganet.
3. Dapat Kecaman Publik
Fenomena freestyle ini menjadi kontroversi dan panen kecaman lantaran dilakukan di masjid. Entah apa yang mendasari, namun banyak bocil justru melakukan freestyle saat sedang sholat dalam posisi sujud.
Hal ini tentunya dinilai sebagai sikap tidak beretikan. Pasalnya, beribadah merupakan momen berkomunikasi dengan Tuhan sehingga tidak seharusnya dijadikan tempat untuk bermain-main.
Dalam beberapa video yang beredar, aksi bocil melakukan freestyle dilakukan di tengah jamaah yang sedang sholat. Ini tentunya dapat mengganggu kelangsungan serta kekhusyukan ibadah sholat orang lain di masjid tersebut.
Kecaman yang datang dari publik semata-mata karena aksi freestyle dilakukan di tempat ibadah. Jika bocil melakukan aksi freestyle di rumah atau lokasi lainnya, mungkin publik hanya mengomentari fenomena itu sambil lalu.
4. Potensi Bahaya Freestyle
Gerakan freestyle sangat membutuhkan keseimbangan tubuh dengan baik. Jika tidak dilakukan dengan benar, maka dapat menyebabkan kerusakan langsung atau bertahap pada leher dan tulang belakang.
Menyadur dari Organic Authority, gerakan freestyle yang salah dapat menyebabkan cedera hernia di leher. Ini terjadi saat jeli yang lebih lembut yang terbungkus di tulang belakang terdorong keluar.
Situasi ini akan menyebabkan rasa sakit, mati rasa, atau kesemutan di leher dan lengan. Gerakan freestyle juga sangat tidak dianjurkan oleh orang yang memiliki tekanan darah tinggi.
"Vertebra ketujuh (di leher) adalah yang terkecil di tubuh dan hanya dimaksudkan untuk menahan beban kepala, bukan seluruh tubuh," jelas instruktur yoga Boho Beautiful, Juliana Spicoluk seperti dikutip oleh BeritaHits.Id, Rabu (21/4/2021).
"Anda harus sangat berhati-hati dengan cara Anda mendistribusikan berat badan ke dalam tubuh.”
5. Orang Tua Perlu Memberi Edukasi tanpa Membully
Peran orang tua sebagai pendamping dan pengawas anak-anak sangat diperlukan untuk membendung fenomena membahayakan ini. Anak-anak perlu diajari pentingnya berperilaku baik dan sopan saat beribadah di tempat ibadah umum.
Selain itu, orangtua perlu memperhatikan penggunaan gadget agar tidak kecanduan. Apalagi fenomena freestyle diketahui terinspirasi dari game, maka anak-anak harus diawasi agar dapat memilih permainan yang tepat.
Pendampingan dan pembatasan dibutuhkan karena anak-anak belum bisa berpikir sebab-akibat secara hipotetikal. Terakhir, orang tua diminta selalu memberi edukasi tanpa melakukan bully jika anak melakukan kesalahan.