Dalam beberapa video yang beredar, aksi bocil melakukan freestyle dilakukan di tengah jamaah yang sedang sholat. Ini tentunya dapat mengganggu kelangsungan serta kekhusyukan ibadah sholat orang lain di masjid tersebut.
Kecaman yang datang dari publik semata-mata karena aksi freestyle dilakukan di tempat ibadah. Jika bocil melakukan aksi freestyle di rumah atau lokasi lainnya, mungkin publik hanya mengomentari fenomena itu sambil lalu.
4. Potensi Bahaya Freestyle
Gerakan freestyle sangat membutuhkan keseimbangan tubuh dengan baik. Jika tidak dilakukan dengan benar, maka dapat menyebabkan kerusakan langsung atau bertahap pada leher dan tulang belakang.
Baca Juga:7 Fakta Menarik Jelang Duel Chelsea vs Brighton di Liga Inggris
Menyadur dari Organic Authority, gerakan freestyle yang salah dapat menyebabkan cedera hernia di leher. Ini terjadi saat jeli yang lebih lembut yang terbungkus di tulang belakang terdorong keluar.
Situasi ini akan menyebabkan rasa sakit, mati rasa, atau kesemutan di leher dan lengan. Gerakan freestyle juga sangat tidak dianjurkan oleh orang yang memiliki tekanan darah tinggi.
"Vertebra ketujuh (di leher) adalah yang terkecil di tubuh dan hanya dimaksudkan untuk menahan beban kepala, bukan seluruh tubuh," jelas instruktur yoga Boho Beautiful, Juliana Spicoluk seperti dikutip oleh BeritaHits.Id, Rabu (21/4/2021).
"Anda harus sangat berhati-hati dengan cara Anda mendistribusikan berat badan ke dalam tubuh.”
5. Orang Tua Perlu Memberi Edukasi tanpa Membully
Baca Juga:CEK FAKTA: Benarkah Ada Siswa SMA di Papua Ditembak Mati oleh TNI/Polri?

Peran orang tua sebagai pendamping dan pengawas anak-anak sangat diperlukan untuk membendung fenomena membahayakan ini. Anak-anak perlu diajari pentingnya berperilaku baik dan sopan saat beribadah di tempat ibadah umum.
Selain itu, orangtua perlu memperhatikan penggunaan gadget agar tidak kecanduan. Apalagi fenomena freestyle diketahui terinspirasi dari game, maka anak-anak harus diawasi agar dapat memilih permainan yang tepat.
Pendampingan dan pembatasan dibutuhkan karena anak-anak belum bisa berpikir sebab-akibat secara hipotetikal. Terakhir, orang tua diminta selalu memberi edukasi tanpa melakukan bully jika anak melakukan kesalahan.