BeritaHits.id - Sebuah kisah memilukan menjadi sorotan akhir-akhir ini. Seorang guru ngaji asal Daerah Gowa, Sulawesi Selatan, belum lama ini mencuri perhatian dengan apa yang dijalaninya dengan kehidupan yang sederhana.
Dari laman Amal Sholeh yang diunggah oleh Baitulmaal Muamalat, guru ngaji bernama Bu Mastiah mengatakan bahwa dirinya tak akan pernah berhenti mengajar meski dirinya telah tertimpah musibah.
“Walaupun rumah saya hancur, niat saya untuk tetap mengajar tak pernah luntur," ujar Bu Mastiah.
Sebelumnya, pada Januari 2019 lalu, terjadi longsor akibat hujan deras selama kurang lebih seminggu. Peristiwa tersebut menelan 68 nyawa dan 550 rumah rusak parah.
Baca Juga:18 Santri Rumah Tahfidz di Medan Positif Covid-19
Bu Mastiah menjadi salah satu dari korban akibat bencana tersebut.
Bu Mastiah tinggal bersama 5 anggota keluarga. Sejak rumahnya terbawa longsor, kini mereka tinggal di rumah hasil gotong royong warga yang terbuat dari kayu.
Rumah tersebut beratapkan seng, dan tak memiliki MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Keluarganya terpaksa harus melewati perkebunan tanpa lampu jika ingin buang air di malam hari.
Bu Mastiah dan sang suami bekerja sebagai buruh tanam jagung dan padi, itupun jika ada bibitnya. Selebihnya, mereka bekerja serabutan di kebun untuk mencari kayu bakar.
Meski Bu Mastiah tamatan SD, sudah lebih dari 20 tahun ia mengajar anak-anak di kampungnya. Pendapatan suami sebagai muazin hanya Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per bulan untuk menyekolahkan anak-anak dan membeli lauk ikan. Tak jarang, mereka berpuasa saking tak ada uang.
Baca Juga:Rumah Sakit di Balikpapan Butuh Banyak Tenaga Kesehatan Hadapi Gelombang Kedua Covid-19