BeritaHits.id - Aktivis di balik perkembangan perpustakaan digital, Ismail Fahmi mengomentari cuitan Mohammad Guntur Romli.
Sebelumnya, politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Guntur Romli bercuit soal buzzer Anies Baswedan.
Pada unggahannya, Guntur menyatakan bahwa Anies mengerahkan buzzer untuk membentuk komentar positif.
"Pengerahan buzzer-buzzer buat komen-komen positif di akun IG @aniesbaswedan, tiap komen dibayar Rp 1000," tulis Guntur Romli pada Minggu (7/11/2021).
Baca Juga:Anies Tunjuk Yana Aditya Jadi Dirut TransJakarta
Pada ungghannya ia juga mencantumkan foto screenshoot dari instagram resmi Anies Baswedan dan website yang ia sebut mengerahkan komentar positif.
Hal ini yang kemudian mengudang respons dari Ismail Fahmi. Ia mempertanyakan klaim Guntur Romli dalam cuitannya.
"Mas @GunRomli maaf mau tanya. Pola ini menarik. Itu situs layanan apa ya? Ada URL lengkap untuk dapat halaman tersebut yang bisa saya lihat?," tulis Guntur Romli.
"Bisa ndak seseorang pasang iklan untuk instagram orang lain," tambahnya.
"Bagaimana bisa yakin dan lihat bukti kalau yang bikin iklan itu timnya Anies,bukan siapapun?" imbuhnya lagi.
Baca Juga:Logo Partainya Dicatut dalam Poster Pengusungan Anies-Ganjar di Pilpres, PKS: Hoaks Itu!
Unggahan Ismail Fahmi sendiri mengundang berbagai respons dari warganet.
"Monggo mas kalau mau lihat situsnya. Siapapun bisa request mau dikomen apa. Kalau validasi itu bener request dari pak Anies atau bukan kurang tau cara ceknya gimana," komentar warganet.
"Gue yakin ini enggak bakal dijawab sama mas Guntur," imbuh warganet lain.
"Tidak bisa menjelaskan tidak masalah. Tidak minta maaf jika terbukti hoaks juga tidak masalah. Ini mungkin kualitas 'tangguh' dari kader @psi_id," tambah warganet lainnya.
"Tolong bang dibantu kebenarannya gimana," timpal lainnya.
Cuitan tersebut telah disukai lebih dari 1600 likes dan 552 retweet.
Ismail sendiri adalah sosok di balik aplikasi Drone Emprit. Ini merupakan sebuah sistem berfungsi memonitor dan menganalisa media sosial berbasis big data.
Pendapatnya sering kali menjadi rujukan ketika adanya simpang siur indormasi di media sosial hingga televisi.