Linguicism merupakan pandangan menganggap orang memakai bahasa Indonesia secara lisan lebih pintar daripada orang menggunakan bahasa isyarat.
"Hindari sikap linguicsm ya kawan-kawan!" tulisnya.
Sebab menurutnya, bahasa isyarat merupakan bahasa ibu. Sementara, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua baginya.
Klarifikasi Risma
Baca Juga:Minta Tunarungu Bicara, Berikut Penjelasan Mensos Risma
Setelah mendapatkan kritikan publik, Risma memberikan klarifikasinya. Dia mengklaim tidak memaksa penyandang tunarungu tersebut.
"Saya enggak maksa. Untuk apa saya maksa. Itu pilihan," kata Risma di Kantor Kementerian Sosial (Kemensos), Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Kamis (2/12/2021).
Risma menjelaskan kalau dirinya hanya sedang mengetes alat bantu pendengaran yang diberikan sebelumnya. Misalkan penyandang disabilitas rungu wicara dan autisme bernama Anfield Wibowo bisa mendengar kata Risma, berarti alat bantunya berfungsi dengan baik.
"Saya ingin dia mendengar suara saya. Ngerti, ya. Kalau dia ngerti suara saya berarti alat dengar yang kita berikan itu bergungsi. Jadi saya ingin nyoba itu," ujarnya.
![Menteri Sosial Tri Rismaharini menghubungi Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani di sela kegiatannya membantu korban banjir bandang di Desa Cermen, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, Minggu (7/11/2021). [ANTARA/Devi Nindy]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/11/07/70399-mensos-ri-tri-rismaharini.jpg)
Selain itu, Risma juga memiliki prinsip kalau Tuhan memberikan anugerah kepada manusia mata, telinga, dan mulut untuk membantu diri sendiri. Ia ingin apabila penyandang disabilitas rungu wicara itu juga bisa berbicara demi melindungi diri sendiri.
Baca Juga:Mensos Risma Paksa Anak Tunarungu Bicara, Kiai Muda NU Lontarkan Kritik Keras
Risma bercerita pengalamannya saat masih menjabat sebagai Walikota Surabaya. Kala itu ia menemukan kasus penyandang rungu wicara menjadi korban perkosaan.