Hal itu membuat pria Bugis-Makassar harus bekerja keras jika ingin menikahi gadis pujaannya yang berasal dari suku yang sama. Sebab semakin hari, nominal Uang Panai semakin tinggi hingga puluhan juta, ratusan juta, bahkan milyaran.
Ada pula yang rela melepaskan gadis pujaannya karena tidak sanggup menyediakan Uang Panai yang diminta.
Tidak hanya itu, persoalan panai kerap membuat pasangan kekasih nekat memilih kawin lari atau dikenal dengan istilah silariang, karena merasa tidak direstui akibat terhalang Uang Panai yang tinggi.
Hal inilah yang selalu menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat luar dan Sulawesi Selatan itu sendiri, terkait besaran Uang Panai yang amat mahal hanya demi menuruti gengsi.
Namun terlepas dari Tradisi panai yang semakin tinggi, tentu hal ini bisa dibicarakan dengan baik antar keluarga wanita dan pria yang serius meminang.
Menyikapi sebuah tradisi kembali lagi pada diri masing-masing. Setiap tradisi tentu memiliki sisi baik dan buruknya, dan tradisi panai ini bukanlah ajang untuk menunjukkan siapa yang paling ‘mahal’ dan siapa yang ‘murah’.
Melainkan dari tradisi ini kita bisa belajar untuk mendapatkan sesuatu, harus berusaha dan bekerja keras.