BeritaHits.id - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo secara terang-terangan membeberkan bahwa pihak penyidik sempat menemui kesulitan saat mengusut kasus pembunuhan terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Kapolri Listyo Sigit mengatakan penyidik juga sampai sempat dibuat ketakutan. Pasalnya mereka nanti akan menangani kasus yang berhadapan langsung dengan mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Irjen Ferdy Sambo.
"Kita lihat penyidik pun saat itu sempat takut, karena karena ada bahasa-bahasa bahwa mereka semua nanti akan berhadapan dengan yang bersangkutan (Ferdy Sambo)," ungkap Kapolri Listyo Sigit dalam program Satu Meja The Forum Spesial 'Siasat Kapolri di Pusaran Sambo' di Kompas TV, Rabu (07/09/2022) malam.
Kapolri Listyo Sigit menyampaikan bahwa akhirnya pada saat itu memutuskan untuk membentuk tim khusus (timsus) yang melibatkan para pejabat utama Polri.
Mereka diantaranya adalah Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono, Irwasum Komjen Pol Agung Budi Maryoto dan Kabareskrim Komjen Agus Andrianto.
Setelah timsus dibentuk, Kapolri menonaktifkan Ferdy Sambo untuk mempermudah proses penyelidikan. Kapolri Listyo Sigit menyampaikan banyak informasi-informasi kejanggalan serta terdapat beberapa kesulitan yang diterima.
"Karena kita mendapatkan informasi-informasi bahwa ada kesulitan pada timsus pada saat itu untuk bekerja dengan baik," ungkapnya.
Setelah didalami oleh Kapolri Listyo Sigit, dia mendapatkan informasi bahwa ternyata ada upaya untuk menghalang-halangi, mengintimidasi bahkan membuat cerita-cerita di luar yang dilakukan untuk memperkuat skenario Ferdy Sambo dari banyak orang yang berpengaruh.
Saat itu, pihaknya pun lantas memutuskan 25 orang polri termasuk tersangka Ferdy Sambo dimutasi demosi dari posisi masing-masing dan diganti dengan pejabat yang baru.
Baca Juga:Terungkap Alasan 3 Kapolda yang Diduga Terkait Ferdy Sambo Tak Kunjung Diperiksa Polri
"Alhamdulillah, begitu kita ganti proses mulai berjalan lancar, mulai terbuka. Kemudian kejanggalan-kejanggalan yang pada saat itu kita dapat, itu mulai bisa terjawab. Utamanya memang saat itu kita start (mulai) dari masalah perkenaan atau pun temuan balistik di TKP yang berbeda dengan apa yang dia sampaikan," tuturnya.