Unggahan dari Menko Polhukam ini sontak saja menjadi sorotan dari netizen. Netizen ikut memanas atas kejadian ini.
Netizen kekeh bahwa tragedi ini terjadi karena adanya kesalahan SOP dalam penanganan massa yang ricuh.
"Tolong ditegur pihak penyelenggara, pihak broadcaster yang ngotot mementingkan main malam karena mengejar rating," tulis netizen.
"Demi rating televisi pertandingan yang penuh risiko ditandingkan malam hari dan gas air mata menjadi banjir air mata," imbuh netizen lain.
"Desak-desakan akibat gas air mata Pak! Aparat sudah melanggar," ujar netizen lain.
"Pak, itu yang meninggal bukan karena berkelahi. Mereka mati karena polisi tembakkan gas air mata ke tribun sedangkan pintu keluar masih ditutup. Aremania nggak bisa bernapas gara-gara polisi tembak gas air mata," terang netizen lain.
"Gimana dengan prosedur gas air mata Pak? Karena salah satu yang menyebabkan kepanikan dan berdesak-desakan," komentar netizen lainnya lagi.
Tragedi Kanjurahan
Telah diketahui bahwa tragedi yang merenggut ratusan nyawa ini bermula ketika ribuan pendukung Arema FC nekat masuk ke lapangan.
Baca Juga:Diduga Jadi Sebab Tragedi di Kanjuruhan, Dokter Ungkap Bahaya dan Dampak Penggunaan Gas Air Mata
Para suporter tersebut merasa kecewa karena tim yang didukung mengalami kekalahan dalam derby panas melawan Persebaya. Arema FC kalah dengan skor 2-3.
Untuk mengurai massa yang rusuh, aparat lantas menembakkan gas air mata ke arah tribun yang kemudian menyebabkan para penonton panik.
Mereka berdesak-desakkan, saling himpit, hingga terinjak-injak saat berusaha keluar dari tribun.