BeritaHits.id - Saat berbincang-bincang dengan Politisi NasDem Akbar Faizal, Ketua Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) Sarman El Hakim mengungkapkan bahwa Tragedi Kanjuruhan bukanlah tragedi biasa, tapi merupakan peristiwa pembunuhan.
Hal tersebut ia ungkapkan saat dirinya menjadi salah satu narasumber dalam dialog yang ditayangkan kanal YouTube milik salah satu anggota DPR RI ini.
"Ya sebetulnya kalau kita mau fair ya, itu pembunuhan. Pembunuhan yang dilakukan oleh aparat keamanan melalui gas air mata. Nah sekarang ini bukan perkelahian antarpenonton, antarpemain. Tidak," kata Sarman seperti dikutip melalui akun YouTube Akbar Faizal Uncensored pada Kamis (6/10/22).
Alasan mengapa dirinya mengklaim peristiwa tersebut merupakan peristiwa pembunuhan karena sebelumnya sudah ada kesepakatan antara panitia penyelenggara dengan Kapolres Malang. Pihak aparat dimintai bantuan oleh penyelenggara untuk menjadi pihak pengamanan.
"Saya kembali pada lembaran kesepakatan kerjanya. Ada kesepakatan kerja bahwa pihak penyelenggara meminta bantuan kalimatnya untuk menjadi pengamanan. Dengan kriteria-kriteria yang penyelenggara sudah tahu. Tidak boleh membawa senjata tajam, tidak boleh membawa gas air mata. Pokoknya yang dikatakan hari ini itu peraturan FIFA," jelas Sarman.
"Apabila dalam kesepakatan kerja itu sudah diteken oleh Kapolres, berarti kan sudah diketahui sekarang. Dokumen itu keluar tiba-tiba tidak ada, tapi polisi membawa. Berarti terbukti yang melanggar kesepakatan adalah polisi," imbunya.
Menurutnya, kesepakatan antara Kapolres dan penyelenggara haruslah dipublikasi agar muncul titik terang terkait tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan.
Pada dialog tersebut, juga dihadirkan pihak dari Humas Aremania Menggugat, Indranesia.
Indra menerangkan bahwa tragedi ini bukan hanya menyangkut soal Arema maupun Aremania, tapi merupakan kasus sepak bola nasional.
Baca Juga:Periksa Tiga Saksi, Polri Bongkar Alasan 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan Belum Ditahan
"Ini bukanlah kasus Aremania, bukan kasus Arema. Ini kasus sepak bola nasional yang sangat memalukan," kata Indra.
Dengan berlinang air mata, Indra mengungkapkan bahwa menurutnya kejadian ini merupakan sebuah pembantaian. Ada lebih dari 100 nyawa yang menjadi korban.
"Kedua, 132 nyawa yang saat ini menjadi korban itu manusia bukan hewan yang nggak layak menurut kami menjadi korban pembantaian istilah kami," lanjut Indra.
Pihak dari Aremania Menggungat juga menyayangkan sikap dari terkait yang hingga kini belum melontarkan permintaan maaf atas kejadian tersebut.
"Satu saja kata ucapan 'Mohon maaf atas kejadian ini'. Nggak ada kami dengar. Permintaan maaf nggak ada Bang," pungkasnya.
Lebih lanjut, dalam dialog ini, Pimpinan Komisi X DPR-RI Dede Yusuf mengungkapkan bahwa dalam tragedi ini harus ada pihak yang bertanggung jawab.
Ia juga menyinggung soal management sport yang belum diatur dengan baik di Indonesia
"Apa yang dikeluarkan FIFA dalam beberapa tahun belakangan sudah menjelaskan masalah statuta FIFA, aturan main misal tidak boleh menggunakan bom asap/gas, senjata api. Di Indonesia UU Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) satu-satunya undang-undang olahraga yang dibuat tahun 2004 baru dirubah tahun 2022," terang Dede Yusuf.
Ia berharap agar pemerintah segera membuat peraturan turunan.
Menyinggung soal PSSI, pada kesempatan tersebut Sarman menyinggung soal PSSI yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Misalnya soal percepatan sepak bola yang tidak dijalankan dengan baik di daerah-daerah.
"Sebetulnya PSSI itu hari ini kalau dikatakan dia memang menjalankan tujuan sepak bola nasional seperti yang diperintahkan pemerintah, percepatan sepak bola tidak dijalankan," ujar Sarman.