"Tapi saya gemes, padahal menurut saya itu bisa (terungkap). Kan nonton CSI toh, kita main DNA, saya ngomongin di sini aja yah, biar didengar," tegasnya.
Menurut dokter Hastry kala itu DNA di TKP telah diambil namun tidak ada yang cocok. Kemudian dia menyarankan agar ambil DNA saksi, namun tak cocok lagi.
"Kita tariklah dari garis keturunan ibu, iya kan itu siapa tahu ada yang cocok gak? ternyata belum dikerjakan," tutur dokter yang pernah menangai kasus Freddy Budiman itu.
Analisis Jam Kematian
Baca Juga:Sosok Kombes Sumy Hastry: Dokter Forensik Polri Ungkap Jasad Mirna Positif Sianida
Bukan hanya menganalisis DNA, sebagai dokter forensik Hastry juga menganalisa jam kematian atau waktu kematian korban (tahanathology).
Dengan adanya jam kematian maka bisa diambil terduha pelaku yang paling memungkinkan.

"Bu Tuti dibunuh jam 2 sampai jam 4, Amel jam 4 sampai jam 6. Saya bermain dong di jam segitu, handphone siapa yang online, ambillah DNA nya, kita di TKP tuh udah ada 2 DNA yang kita ambil diduga pelaku (yang asing)," paparnya.
Pelaku tak kunjung terungkap, dokter Hestry sendiri merasa sangat tersiksa.
"Saya tersiksa untuk Subang itu, wong datang ke mimpiku," pungkasnya.
Baca Juga:Profil Kombes Sumy Hastry: Dokter Forensik Polri Ungkap Jasad Mirna Salihin Positif Sianida
Diketahui bahwa jasad Tuti dan Amel ditemukan di bagasi mobil mewah alphard pada 2021 lalu.