BeritaHits.id - Kisah hidup Enuh Nugraha, lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang diduga mengalami gangguan kejiwaan (ODGJ), kerap membuat publik terenyuh. Apalagi karena belum lama ini Enuh telah ditemukan dan dibawa pulang oleh rekan-rekannya sesama alumni Teknik Kelautan ITB tahun 1997.
Dilihat di kanal YouTube Sinau Hurip, suasana pertemuan Enuh dengan teman-temannya penuh dengan rasa haru. Walau sesekali terdengar tidak fokus saat berbicara, Enuh nyatanya masih mengingat teman-temannya hingga dipuji terlihat lebih bahagia.
“Saya masih betul-betul terkesima sama ekspresinya Enuh Nugraha. Mukanya merah, itu seneng banget, itu bahagia, ketemu temen-temennya,” kata pemilik kanal YouTube Sinau Hurip, Sukaryo Adiputra, dikutip pada Sabtu (11/11/2023).
Senyuman lebar memang tampak tidak luntur dari wajah Enuh, terutama saat berinteraksi dengan temannya yang bernama Semeidi Husrin. Usut punya usut, keduanya memang terhitung lebih dekat satu sama lain karena dahulu kerap satu angkutan umum bersama saat masih kuliah.
Baca Juga:Menggelandang sampai Rembang, Enuh Nugraha Nangis Saat Dijemput Teman Alumni Teknik Kelautan ITB
“Balik ya?” tanya Semeidi Husrin di videonya, lalu sekilas terdengar mengajak Enuh agar bekerja dengannya.
“(Pakai komputer) i7, i7, bukan Pentium lagi,” tuturnya melanjutkan.
Dari percakapan itulah akhirnya terungkap pekerjaan lama Enuh sebelum ditemukan hidup menjadi gelandangan di kawasan Jawa Tengah, yakni pertama ditemukan di Demak dan terakhir di Rembang.
“Karena dia (Enuh) sangat ini (menguasai komputer),” kata teman Enuh yang lain, Irfan Sandi Kusuma. “Sangat hobi dan menguasai komputer.”
“Programmer dulu?” tanya Adi.
Baca Juga:Ternyata Ini Alasan Keluarga Tak Ikut Cari Enuh Nugraha, Lulusan ITB yang Viral Diduga ODGJ
Irfan kemudian terlihat mengangguk, “Kalau kita pakai yang simple, kalau dia sudah yang advanced menggunakannya.”
Sementara di tayangan terpisah di kanal YouTube tvOneNews, Adi rupanya juga pernah membahas sedikit tentang pekerjaan Enuh sebelum diduga mengalami gangguan kejiwaan.
Hal ini bermula dari Adi yang diminta menanyakan alasan Enuh berhenti bekerja. Padahal diketahui Enuh sudah mempunyai pekerjaan yang baik sebagai seorang programmer.
“Pak Enuh kenapa kok berhenti kerja?” tanya Adi.
“Sakit,” sahut Enuh dengan suara pelan.
“Sakit? Sakit apa?”
Kali ini Enuh tidak menjawab dengan kata-kata tetapi menunjukkan gestur tangan berputar di atas kepalanya. Adi pun menerjemahkannya seperti berikut, “(Berhenti bekerja karena) sakit di kepalanya.”