Pacaran 9 Tahun tapi Pas Nikah Cuma Tahan 2 Tahun, Alasan Wanita Ini Nyesek

Hal-hal tidak penting yang dilakukan sang suami membuat sang istri tidak enak hati kepada orang tuanya.

Dany Garjito | Aulia Hafisa
Jum'at, 02 April 2021 | 19:16 WIB
Pacaran 9 Tahun tapi Pas Nikah Cuma Tahan 2 Tahun, Alasan Wanita Ini Nyesek
Ilustrasi perempuan menangis. (Shutterstock)

BeritaHits.id - Sebuah kisah memilukan ramai di media sosial TikTok lifeaftermarriage. Seorang wanita bercerita bahwa hubungan pernikahannya kandas begitu saja setelah sembilan tahun berpacaran ditambah dua tahun berumah tangga.

Wanita yang tidak mau disebutkan namanya ini telah menikah selama dua tahun dengan suaminya. Ia menuturkan bahwa sang suami adalah sosok yang baik.

Hal tersebut tercermin pada tulisannya, "dia nggak pernah bentak saya sekalipun saya salah. Saya benci asap rokok dia tidak merokok. Dia juga setia, kak. Dia rajin sholat 5 waktu," tuturnya pada akun lifeaftermarriage.

Suaminya berprofesi sebagai tukang ojek online di Jakarta. Namun, semenjak pandemi ia dan suaminya pindah ke kampung halaman.

Baca Juga:Mantan Kirim Karangan Bunga di Hari Pernikahan, Tulisannya Bikin Salfok

Di kampung, mereka hidup dari orang tua sang istri. Ayah sang istri berprofesi sebagai kuli bangunan sedangkan ibunya bekerja serabutan. Meski begitu, orang tua sang istri sangat baik kepada suaminya.

Untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka, sang istri berjualan baju sedangkan sang suami menjadi kurir pengantar barang dagangannya.

9 Tahun Pacaran, Pernikahan Wanita Ini Hanya Bertahan 2 Tahun (TikTok/lifeaftermarriage)
9 Tahun Pacaran, Pernikahan Wanita Ini Hanya Bertahan 2 Tahun (TikTok/lifeaftermarriage)

Di titik ini, kisah pasangan tersebut seharusnya berakhir bahagia. Namun tak disangka, saat ayah sang istri sakit, sang suami seakan acuh dan tidak peduli.

Yang dilakukan sang suami hanya bermain bola. Bukan hanya seminggu sekali, sang suami bermain bola sampai tiga kali seminggu yang membuat sang istri heran.

Hal-hal tidak penting yang dilakukan sang suami membuat sang istri tidak enak hati kepada orang tuanya. "Saya malu kak, orang tua saya kerja kehujanan kepanasan kerja buat orang rumah tapi mantan malah asik-asik main bola," tutur sang istri.

Baca Juga:Bayinya Divonis Mati, Wanita Ini Menangis Berdoa dan Keajaiban Terjadi

Sang istri pun kesal dan putus asa karena sang suami telah abai menjalankan tugasnya untuk menafkahi. Suatu hari sang istri mengamuk dan marah besar di depan sang suami dan orang tuanya.

Akhirnya orang tua sang istri memisahkan mereka. Setelah tiga hari pisah rumah, mereka memutuskan untuk bercerai.

Dalam penutup pesannya, sang istri mengatakan bahwa ia dan orang tuanya telah melakukan yang terbaik dan menerima sang suami meskipun ia tidak bekerja.

Namun, sang suami telah keterlaluan dengan hobinya hingga meninggakan kewajibannya untuk keluarga.

Video lengkap kisah pernikahan tersebut dapat diakses di sini.

Pernikahan Sudah Tidak Sehat, 7 Tips Berpisah sebelum Kelamaan Terjebak

Tidak semua pernikahan dapat berakhir bahagia. Bahkan, pasangan yang awalnya saling mencintai pun bisa berubah setelah menikah.

Untuk mendapatkan kehidupan pernikahan bahagia, pasangan harus bisa berkomunikasi dan bekerja sama. Namun, apa jadinya jika pasanganmu berubah toxic?

Jika kamu terjebak dengan pasangan yang melakukan kekerasan, hobi selingkuh, suka mengontrol, atau punya kepribadian narsisistik, wajar jika perceraian terdengar seperti opsi terbaik.

Terlebih apabila kondisi fisik dan mentalmu sudah terancam, ada baiknya jika kamu mulai memikirkan langkah-langkah perpisahan.

Melansir Your Tango, inilah 7 hal yang bisa kamu lakukan untuk melepaskan diri dari pernikahan dan hubungan tidak sehat.

1. Beritahu orang lain

Jika pasanganmu kerap melakukan kekerasan, jangan ragu untuk memberitahu orang lain yang bisa dipercaya.

Bagaimanapun, proses perpisahan adalah sesuatu yang menyakitkan. Oleh karena itu, carilah seseorang yang bisa memberimu dukungan.

Pastikan pula mereka punya nomor telepon dan informasi penting yang berhubungan denganmu. Langkah ini penting untuk melindungi dirimu dari pasangan yang bersikap kasar.

2. Buat jaring pelindung

Selain memikirkan perpisahan, kamu mungkin khawatir dengan masalah keuangan. Hal ini terutama berlaku jika kalian sudah punya anak.

Jika kamu tidak punya pekerjaan, cobalah mencari pekerjaan. Selain itu, berkonsultasilah dengan ahli keuangan mengenai pembagian harta pasca perceraian.

3. Mencari pekerjaan

Seperti disebutkan sebelumnya, mencari pekerjaan penting agar kamu bisa mulai hidup mandiri.

Jika bingung, kamu bisa mulai dengan pekerjaan paruh-waktu. Usahakan untuk terbiasa hidup independen.

4. Cari tempat tinggal baru

Perceraian dapat menjadi proses yang menguras tenaga dan emosi. Mayoritas orang juga tak mau tinggal seatap dengan pasangan saat proses perceraian berlangsung.

Tanyakan pada teman atau keluarga, apakah mereka bersedia menampung dirimu untuk sementara? Pikirkan pula jika kamu sudah punya anak.

Dengan begini, kamu tidak perlu khawatir soal uang setelah berpisah dari si dia.

5. Segera cari pengacara

Jika kamu sudah lama terjebak dalam pernikahan tidak sehat, wajar jika masalah di antara kalian makin menumpuk. Untuk itu, carilah pengacara yang bisa membantu.

Pengacara yang baik akan bersedia membantu dalam hal keuangan, hak asuh anak, hingga kapan waktu yang tepat untuk bercerai.

6. Berhenti berkomunikasi dengan pasangan

Jika kamu dan pasangan sudah punya anak, mungkin kalian harus tetap berkomunikasi. Namun, jangan bicara soal hal lain di luar anak.

Untuk jaga-jaga, rekam dan simpan semua bentuk percakapan. Kamu juga bisa menyimpan jurnal.

Sebisa mungkin, hindari pertengkaran atau argumen yang bisa membuatmu berubah pikiran.

7. Cari bantuan profesional

Selain meminta bantuan ahli keuangan dan pengacara, kamu juga bisa menemui terapis untuk membantumu secara emosional.

Jangan hadapi perpisahan ini sendirian. Sebisa mungkin, carilah bantuan dari profesional yang bisa berempati dengan keadaaanmu.
Jika kamu dan pasangan sudah punya anak, mungkin kalian harus tetap berkomunikasi. Namun, jangan bicara soal hal lain di luar anak.

Untuk jaga-jaga, rekam dan simpan semua bentuk percakapan. Kamu juga bisa menyimpan jurnal.

Sebisa mungkin, hindari pertengkaran atau argumen yang bisa membuatmu berubah pikiran.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak