Kisah Anak Relakan Ibu, Berikan ICU ke Pasien Covid-19 yang Punya Harapan Hidup Tinggi

Kisah kemanusiaan, anak ini merelakan ibunya pergi dengan menyerahkan ruang ICU ke pasien Covid-19 yang memiliki harapan hidup lebih tinggi.

Reza Gunadha | Ruth Meliana Dwi Indriani
Senin, 09 Agustus 2021 | 12:45 WIB
Kisah Anak Relakan Ibu, Berikan ICU ke Pasien Covid-19 yang Punya Harapan Hidup Tinggi
Kisah Pilu Pengorbanan Anak Relakan Ibu Pergi. (TikTok/@susyrizky)

BeritaHits.id - Kisah kemanusiaan seputar pandemi Covid-19 kembali terdengar di Tanah Air. Kali ini, kisah pilu anak merelakan ibunya yang terinfeksi virus corona menjadi viral.

Cerita ini dibagikan oleh seorang wanita bernama Susy di akun TikTok @susyrizky. Ia membagikan kisah temannya, yang berani memberikan ICU ke pasien yang memiliki harapan hidup lebih tinggi dari ibunya.

Kisah ini bermula saat temannya yang bernama Santi menghubunginya. Temannya itu mencari ventilator untuk ibunya yang sedang kritis karena Covid-19.

"Mbak, maaf pagi-pagi ganggu. Aku perlu ventilator. Ada yang bisa pinjamin mbak? Mama kritis. Dari subuh cari kemana-mana, tapi nggak dapat. Tadi udah sempat hilang nadinya," kata Santi.

Baca Juga:Covid-19 Renggut Nyawa 120 Guru di Kaltim, Benua Etam Hadapi Krisis Tenaga Pendidik

"Tadinya mau pindah ke ICU pagi ini, karena ada yang meninggal. Tapi mama belum jadi dipindah karena kritis lagi," lanjutnya.

Susy pun langsung bergerak cepat membantu mencarikan ventilator. Kebetulan, ada kenalannya yang memiliki ventilator, dan ikhlas meminjamkannya.

Kisah Pilu Pengorbanan Anak Relakan Ibu Pergi. (TikTok/@susyrizky)
Kisah Pilu Pengorbanan Anak Relakan Ibu Pergi. (TikTok/@susyrizky)

"Saya telepon teman saya Jane nggak diangkat. Lalu WA, saya bilang mau pinjam mini ICU baru milik temannya yang keburu meninggal sebelum dipakai. Lima menit kemudian, Jane telepon balik dan mengizinkan," cerita Susy.

"Dikasih pinjam gitu, saya malah bingung. Ini Jane hatinya terbuat dari apa ya. Gampang-gampang aja ngasih pinjem barang mahal. Padahal sama yang mau pakai dia belum kenal," sambungnya.

Setelah dipinjami, Susy langsung menghubungi Santi yang senang mendengar kabar ini. Namun beberapa waktu kemudian, Santi mengabari tidak jadi meminjam mini ICU karena ibunya sudah bisa masuk ICU.

Baca Juga:WHO Desak Pemerintah AS Ungkap Bukti Asal-usul Virus Corona

"Jam 8 pagi, Santi ngabarin nggak jadi pinjam mini ICU karena ibunya sudah bisa masuk ICU," cerita Susy.

Satu jam berikutnya, Santi mengabari kondisi ibunya memburuk dan sudah tidak ada respons.

"Jam 08.58 WIB, Santi WhatsApp lagi, sang mama blue call ke 5. Udah nggak respons, hanya jantungnya masih berdetak," beber Susy.

Sebagai teman, Susy langung memberikan nasihat ke Santi untuk bersiap-siap menghadapi hal buruk. Santi hanya bisa menangis.

"Mirip bapak saya, San. Udah Santi ikhlaskan aja biar mama gampang jalannya. Santi siapkan diri dan jaga adik-adik kalau sampai terjadi hal yang terburuk. Supaya kalau mama harus pulang, anak-anak bisa lebih ikhlas," cerita Susy.

Santi ternyata berada di Jepang dan tidak bisa menemani ibunya. Selama ini, ia memonitor ibunya dengan menghubungi perawat yang berjaga.

"Santi menangis sampai sembab, ingin menemani sang mama tapi kondisi nggak memungkinkan. Dari Jepang sana, Santi monitor sang mama dari WA perawat," tulis Susy.

Ibu menghembuskan napas yang terakhir pukul 09.50 WIB. Disinilah, Santi mengungkap pengorbanan keluarganya yang merelakan ICU untuk pasien lainnya saat ibunya masih hidup.

"Kemarin pas mama mau pindah ICU, ada pasien juga yang lagi antri. Sebetulnya mama yang dapat giliran duluan, tapi aku lihat chance mama udah nggak sampai 10 persen," cerita Santi.

"Mama hampir gak ada respons. Aku bilang ke adik laki aku yang jagain mama, kita relain bed di ICU buat yang punya chance lebih besar. Dia nangis, anak laki kesayangan dan paling sayang mama," sambungnya.

Kisah Pilu Pengorbanan Anak Relakan Ibu Pergi. (TikTok/@susyrizky)
Kisah Pilu Pengorbanan Anak Relakan Ibu Pergi. (TikTok/@susyrizky)

Melihat harapan hidup ibunya hanya 10 persen, Santi memilih memberikan ruang ICU ke pasien lain dengan harapan hidup yang lebih tinggi. Ia juga memberikan pengertian ke adiknya untuk merelakan sang ibu.

"Dia tanya, jadi kita relain mama ini ci? Aku bilang, kita udah dapat pinjaman ventilator dari orang yang sebenarnya gak kenal sama kita. Terus kita batalin karena mama udah dapat bed," ungkap Santi.

"Tapi peluang mama untuk hidup ternyata sangat tipis. Coba kita jangan egois. Kita jadi kehilangan dua nyawa. Ikhlaskan mama, supaya orang lain bisa masuk ICU dan tertolong. Adikku nangis," lanjutnya.

Terakhir, Santi mengakui kehilangan ibunya sangat berat. Namun, ia belajar kebaikan dari Susy dan temannya yang sudah membantu memberikan ventilator, sehingga ia juga berusaha melanjutkan kebaikan itu.

"Berat sih mbak, tapi lingkaran baik yang ci Jane dan mbak Susy perbuat harus aku lanjutkan dan terus bergulir," pungkas Santi.

Kisah pilu kemanusiaan saat pandemi ini bisa disaksikan di sini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak