Heboh Risma Paksa Tunarungu Bicara, Surya Sahetapy Minta Hindari Sikap Linguicism

"Tidak semua anak bisa berbicara." ujar Surya Sahetapy.

Dany Garjito | Nur Afitria Cika Handayani
Jum'at, 03 Desember 2021 | 07:52 WIB
Heboh Risma Paksa Tunarungu Bicara, Surya Sahetapy Minta Hindari Sikap Linguicism
Surya Sahetapy, anak Dewi Yull dan Ray Sahetapy. [Instagram @suryasahetapy]

BeritaHits.id - Menteri Sosial Tri Rismaharini membuat heboh lantaran dianggap memaksa seorang anak tunarungu untuk berbicara.

Video Risma meminta seorang tunarungu berbicara beredar di media sosial.

Saat menghadiri acara Peringatan Hari Disabilitas Internasional, Risma meminta penyandang tunarungu untuk berbicara.

Aksi Risma tersebut ditanggapi oleh Surya Sahetapy yang merupakan putra Ray Sahetapy dan Dewi Yull.

Baca Juga:Minta Tunarungu Bicara, Berikut Penjelasan Mensos Risma

Melalui akun Instagramnya, Surya Sahetapy mengaku kaget melihat aksi Risma yang memaksa penyandang tunarungu untuk berbicara.

Menurutnya, tak semua anak bisa berbicara. Sebab menurutnya, faktor bicara berdasarkan tingkat pendengaran masing-masing anak.

Pendapat Surya Sahetapy. (Instagram/suryasahetapy)
Pendapat Surya Sahetapy. (Instagram/suryasahetapy)

"Tidak semua anak bisa berbicara. Faktor bicara itu berdasarkan tingkat pendengaran mereka, investasi alat bantu dengar yang nilai puluhan-ratusan juta, terapi wicara yang berkesinambungan yang biayanya tidak murah serta waktu orangtua untuk anaknya sendiri juga terutama sedang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Belum lagi pendidikan luar biasa saat ini belum humanis," bebernya.

Menurutnya, orang yang hendak berkomunikasi dengan penyandang tunarungu sebaiknya memahami kenyamanan mereka.

"Tanyakan komunikasi mereka bukan kita menentukan komunikasi mereka demi kepuasan kita tanpa memahami kenyamanan mereka," ungkapnya.

Baca Juga:Mensos Risma Paksa Anak Tunarungu Bicara, Kiai Muda NU Lontarkan Kritik Keras

Lebih lanjut, Surya Sahetapy memberikan imbauan kepada masyarakat agar tidak bersikap linguicism.

Linguicism merupakan pandangan menganggap orang memakai bahasa Indonesia secara lisan lebih pintar daripada orang menggunakan bahasa isyarat.

"Hindari sikap linguicsm ya kawan-kawan!" tulisnya.

Sebab menurutnya, bahasa isyarat merupakan bahasa ibu. Sementara, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua baginya.

Klarifikasi Risma

Setelah mendapatkan kritikan publik, Risma memberikan klarifikasinya. Dia mengklaim tidak memaksa penyandang tunarungu tersebut.

"Saya enggak maksa. Untuk apa saya maksa. Itu pilihan," kata Risma di Kantor Kementerian Sosial (Kemensos), Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Kamis (2/12/2021).

Risma menjelaskan kalau dirinya hanya sedang mengetes alat bantu pendengaran yang diberikan sebelumnya. Misalkan penyandang disabilitas rungu wicara dan autisme bernama Anfield Wibowo bisa mendengar kata Risma, berarti alat bantunya berfungsi dengan baik.

"Saya ingin dia mendengar suara saya. Ngerti, ya. Kalau dia ngerti suara saya berarti alat dengar yang kita berikan itu bergungsi. Jadi saya ingin nyoba itu," ujarnya.

Menteri Sosial Tri Rismaharini menghubungi Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani di sela kegiatannya membantu korban banjir bandang di Desa Cermen, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, Minggu (7/11/2021). [ANTARA/Devi Nindy]
Menteri Sosial Tri Rismaharini menghubungi Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani di sela kegiatannya membantu korban banjir bandang di Desa Cermen, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, Minggu (7/11/2021). [ANTARA/Devi Nindy]

Selain itu, Risma juga memiliki prinsip kalau Tuhan memberikan anugerah kepada manusia mata, telinga, dan mulut untuk membantu diri sendiri. Ia ingin apabila penyandang disabilitas rungu wicara itu juga bisa berbicara demi melindungi diri sendiri.

Risma bercerita pengalamannya saat masih menjabat sebagai Walikota Surabaya. Kala itu ia menemukan kasus penyandang rungu wicara menjadi korban perkosaan.

Risma juga pernah menemukan kasus penyandang rungu wicara yang tenggelam saat bencana banjir.

Kejadian-kejadian itu membuatnya sedih karena mereka yang tidak bisa berbicara.

"Itu yang saya sedih kenapa saya mengajarkan. Minimal dia bisa bilang tolong." pungkasnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak