BeritaHits.id - Seorang warganet di sosial media Twitter membuat cuitan tentang Jakarta kini menjadi kota terbaik mengalahkan kota-kota besar lainnya, bahkan sebuah tempat tinggal impian bagi warga dunia.
Pengunggah dengan nama akun Twitter @Hel*_** juga menyampaikan alasannya. Menurut dia, semua itu terwujud hasil jerih payah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Lewat postingan tersebut, dia pun turut membanding-bandingkan kinerja Gubernur sebelumnya.
"Ini prestasi yang engga mungkin diraih kalau Gubernurnya masih Djarot apalagi Ahok," ujar pengunggah pada postingan yang dikutip Beritahits.id pada Selasa, (7/06/2022).
Diakhir unggahan, dia menyampaikan permohonan maaf atas cuitan yang terkesan menyudutkan pihak lain.
"Mohon maaf tapi itu fakta yang harus saya sampaikan," sambung pengunggah.
Unggahan Twitter tersebut menarik perhatian warganet untuk menuliskan tanggapan di kolom komentar.
"Maaf, saya cuman sekadar warga Kalimantan, engga berani mengaku sebagai warga dunia. Tapi saya ogah tinggal di Jakarta ataupun di kota metropolitan lainnya. Maklum saya murni orang udik dan demen tinggal di tempat masih banyak hutan, segar udaranya, indah bukit," kata neter.
"Terbaik dunia apaan? Yang transportasi itu doang? Kepilih jadi tata kota terburuk di dunia kok dibilang terbaik," ungkap warganet.
"Jakarta dipimpin oleh pemimpin hasil jualan ayat dan mayat pada hancur tapi kita sadar pendukung non pribumi yang go*** semua," cuit publik.
"Pak Ahok berani melawan DPRD DKI yang korupsi dan menyelamatkan APBD DKI Rp. 21, 1 triliun. Kalau Anies tidak ada," kata netizen.
Sejarah Jakarta, 5 Kali Ganti Nama Mulai dari Sunda Kelapa
Sejarah Jakarta atau Sejarah Kota Jakarta. Dari pusat perdagangan di zaman penjajahan Belanda dengan diduduki VOC, kini Jakarta yang tumbuh sebagai kota metropolitan dan Ibu Kota Negara Indonesia.
Bagaimana awal mula berdiri Kota Jakarta? Serta apa arti nama Jakarta?
Keberadaan kota Jakarta dimulai dari estuari sungai Ciliwung, di bagian barat laut Jawa, sebagai pemukiman dan pelabuhan Hindu.
Di mana pada awalnya kota Jakarta dikenal dengan nama Sunda Kelapa karena kota ini dulunya dikuasai oleh kerajaan Sunda yang merupakan pecahan dari kerajaan Tarumanegara.
Berikut ini adalah kronologi singkat keberadaan kota Jakarta meliputi beberapa kali pergantian nama:
Sunda Kelapa (Abad ke-5)
Menurut naskah Wangsakerta kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan Tarumanegara, yang didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Caka Sunda (669 Masehi) daerahnya meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan bagian barat Jawa tengah.
Sunda Kelapa adalah pelabuhan terpenting bagi kerajaan Sunda. Sunda Kelapa menjadi kota pelabuhan yang sangat sibuk dengan arus perdagangan, yang dikunjungi pedagang dari Cina, India, Arab dan Eropa. Unsur utama nama kota ini adalah Sunda dengan sumber sejarah merujuk pada prasasti Kebon Kopi II, yang diyakini dari kerajaan tersebutlah nama Sunda Kelapa berasal.
Jayakarta (1527- 1619)
Sunda Kelapa kemudian diduduki oleh Fatahillah setelah mampu menaklukan kerajaan Sunda serta mengusir penjajah portugis, yang kemudian ia mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Jayakarta memiliki arti kemenangan yang tegas. Jayakarta Portal Resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Batavia (4 Maret 1619-1942)
Pada tahun 1619, ketika Jan Pieterszoon Coen menyerang kerajaan Banten dan menghancurkan Jayakarta melalui kesepakatan De Heeren Zeventien atau Dewan 17 dari VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia. Nama tersebut berasal dari nama etnis Jermanik yaitu Batavieren yang dianggap sebagai nenek moyang bangsa Belanda serta Jerman.
Belanda melakukan pembangunan kota baru di bagian barat sungai Ciliwung dengan konsep pembangunan kota yang serupa di negara asalnya yang dibangun dalam bentuk blok serta dipisahkan dengan kanal.
Pada zaman tersebut Batavia merupakan pemukiman bagi bangsa Eropa sedangkan bangsa Cina, Jawa, serta penduduk asli lainnya disingkirkan.
Sejalan dengan kebijakan Nederlandisasi oleh pemerintah Jepang, nama kota ini sengaja diganti dengan bahasa Indonesia atau Jepang, pergantian nama tersebut bertepatan dengan perayaan hari Perang Asia Timur Raya pada 8 Desember 1942 dengan nama lengkap kota itu “Jakarta Tokubetsu Shi”.
Jakarta (1945- Sekarang)
Jepang kalah pada perang dunia kedua, dan Indonesia merdeka. Pada 30 Desember 1949 Menteri Penerangan Republik Indonesia serikat menegaskan nama kota ini adalah Jakarta.
Kemudian nama Jakarta kembali dikukuhkan pada tahun 22 Juni 1956
Semenjak kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 hingga saat ini tercatat 18 gubernur telah mengukir perjalanan di Jakarta.
Sejak kemerdekaan hingga September 1977, gubernur dipilih dan diperintah langsung oleh Presiden. Setelah itu gubernur dipilih oleh DPRD DKI Jakarta. Kemudian diadakan pemilihan umum pertama kalinya pada Agustus 2007.