BeritaHits.id - Gibran Rakabuming Raka akhinya buka suara usai disindir oleh politisi senior PDIP Panda Nababan. Panda dengan keras menyindir Gibran tak punya etika jika dirinya mau menjadi cawapres mendampingi Prabowo Subianto.
Panda bahkan menyatakan bahwa sebagai anak Presiden Joko Widodo, Gibran mendapatkan keistimewaan sehingga bisa menjadi Wali Kota Solo.
"Dibilang dikasih tiket, dikasih karpet merah, dikasih keistimewaan tapi kalau warga enggak mau memilih itu saya pasti akan kalah," kata Gibran seperti dikutip dari kanal YouTube Berita Surakarta.
"Ini keputusan terakhir ada di warga, bukan masalah tiket anak ini anak itu kan udah kasi contoh anak ini anak itu ada juga yang maju, gagal yang penting kan dari warga," imbuhnya.
Baca Juga:Gibran Sentil Netizen, Dua Kali Hina Prajurit Keraton Kasunanan Surakarta
Lebih lanjut, Gibran bahkan dengan tangan memohon menyebutkan agar Panda tak berargumen yang membuat masyarakat resah. Apalagi jika Panda masih yakin Gibran tak akan keluar dari PDIP?
"Kalau yakin [tak kaluar dari PDIP] ojo muni-muni (jangan koar-koar) terus yo Pak Panda," ungkap Gibran dengan tangan memohon.
"Enggak [risih] kalau gitu kan resah, kalau beliau kasih masukan langsung saya terima, kalau saya dipanggil langsung diberi teguran saya terima," tandasnya.
Pernyataan Panda Nababan
Panda Nababan sendiri sempat menyebut majunya Gibran sebagai Wali Kota Solo adalah bentuk permohonan Jokowi yang dikabulkan Megawati Soekarnoputri.
Baca Juga:Tak Tinggal Diam, Gibran Sampai Bawa-bawa Rakyat Saat Disenggol Panda Nababan
Panda menyatakan bahwa sebelum Gibran dimajukan jadi Wali Kota Solo, PDIP sebenarnya sudah memiliki calon yang bakal diajukan, yakni pasangan Achmad Purnomo-Teguh Prakosa.
"Itu sebelum dia jadi wali kota, proses pemilihan Wali Kota Solo dari ranting cabang sudah terproses empat bulan memilih Purnomo-Teguh, tetapi Jokowi meminta ke Ibu Mega biar anaknya," kata Panda.
Padahal, pada Peraturan Partai (PP) PDIP nomor 25 menyebutkan jika ingin menjabat, maka perlu berproses di partai terlebih dahulu selama dua tahun.
Sementara pemilihan wali kota di kubu PDIP biasanya dipilih dari bawah mulai ranting hingga cabang. Namun karena permintaan dari Jokowi, Megawati melanggar aturannya sendiri.
"Mega karena sayangnya pada Jokowi diabaikan itu [PP] diistimewakan lah itu," tandasnya.
Hal ini yang membuat Panda merasa ironis jika Gibran meninggalkan PDIP demi jabatan cawapres.
"Alangkah tragisnya dengan gampang ditinggal kalau Gibran maju [cawapres] keluar dari PDI Perjuangan enggak kebayang tata kramanya budayanya," tutur Panda.
"Apakah iya keluarga jokowi punya karakter seperti itu, pengorbanan di jajaran PDI Perjuangan solo yang sudah melakukan proses demokrasi dari ranting dan dapat Purnomo-Teguh sudah dikirim ke Jakarta, Jokowi datang minta anaknya, dengan pengorbanan besar PDIP luluskan lah anaknya," paparnya.