"Saya dikejar netizen soal kasus Subang yang tahun 2021 itu. Belum ditangkap pelakunya," ungkap dr Hastry dalam podcast Close the Door yang diunggah ke kanal Deddy Corbuzier (10/5/2023).
Polwan pertama di Asia yang bergelar S3 forensik ini menjelaskan bahwa ia sudah melakukan dua kali otopsi kepada jasad korban pembunuhan di Subang.
"Saya sudah jelaskan, beri paparan dan kasih clue-clue. Tapi ya belum ada tersangka sampai sekarang di kasus Subang ibu dan anak," kata dr Hastry.
Akibat kasus ini dr Hastry mengaku diserang netizen terus-menerus. Padahal kapasitasnya sebagai ahli forensik dalam menangani kasus tersebut telah dilakukan dengan maksimal.
"Tapi saya gemes. Padahal menurut saya itu bisa (terungkap pelakunya)," ujarnya.
Hastry menjelaskan bahwa tahap pengambilan DNA sudah dilakukan untuk memperjelas bukti pembunuhan dan mengungkap siapa pelakunya.
"DNA-nya udah mas, tapi enggak ada yang cocok. Kalau enggak ada yang cocok, kita cari DNA dari saksi-saksi. Ternyata dari saksi juga tidak ada yang cocok," ucap dr Hastry menjelaskan.
Kemudian dr Hastry meminta tes DNA dari garis keturunan ibu. Siapa tahu ada yang cocok namun ternyata belum dikerjakan.
Hastry tidak menyerah, ia memiliki jam kematian dari hasil otopsi dan olah TKP yang dilakukannya. Tim siber kemudian mencari handphone milik siapa yang aktif pada waktu-waktu tersebut.
"Kita punya jam kematian dia dibunuh. (Tim) siber main dong, di jam-jam itu handphone siapa yang online. Ambillah DNA-nya," kata dr Hastry.