"Info moncong panser sudah mengarah ke istana, sudah saya dengar. Kata #GusDur, beliau nggak bisa tenang kalau kami tetap ada di istana, apalagi cucu pertama, bayi saya, baru berumur 40 hari," beber Alissa.
Namun, Alissa tetap tegas tidak mau pergi. Ia mengaku dihantui dengan kisah Bung Karno sehingga berniat menjaga ayahnya sampai akhir. Baginya, sulit membayangkan jika ayahnya sampai diasingkan seorang diri seperti yang menimpa Soekarno.
"Tapi kisah Bung Karno menghantui saya. Makanya saya ngeyel nangis tidak mau pergi. Saya terus membayangkan Bung Karno sendirian, keluarganya sulit menjenguk, tidak terawat dengan baik," aku Alissa.
"Saya tidak ingin itu terjadi pada #GusDur. Kalaupun beliau kalah secara politik dan harus diasingkan, kami harus tetap bersama beliau. Kami siap. That's it. That's all," tegasnya.
Baca Juga:Hari Anak Nasional 2021, Megawati Beri PR: Dari Mana Asal Kodok?

Beruntung, nasib Gus Dur tidak seperti Soekarno. Ia dilindungi dengan rakyat yang membanjiri Istana. Bahkan, ribuan rakyat mengawalnya saat keluar Istana secara bermartabat.
"Alhamdulillah tak terjadi. Rakyat membanjiri istana, bertekad lindungi #GusDur. Lalu Beliau umumkan akan keluar dari Istana. Besoknya, ribuan rakyat menjemput dan mengawal beliau keluar lewat gerbang depan Istana, menuju panggung rakyat di Monas," jelas Alissa.
"Kalah politik, tetap bermartabat. Saya menulis ini kok jadi mbrebesmili," pungkasnya.
Kisah detik-detik pemakzulan Gus Dur ini kembali menjadi perbincangan warganet. Mereka menuliskan beragam pendapat di kolom komentar cuitan Alissa Wahid yang mengenang kejadian 20 tahun silam.
"Sekarang kami cuma sebisa mungkin merawat agar NKRI tetap tegak, pluralsme terjaga, intoleransi dan radikalisme terkikis oleh kebhinekaan," komen warganet.
Baca Juga:CEK FAKTA: Gibran Rakabuming Raka Lumpuh Total Akibat Covid-19, Istana Banjir Tangis
"Momen tak terlupakan. Beliau telah lama pergi tapi tetap hidup di hati kami. Terimakasih Gus Dur," tulis warganet.