BeritaHits.id - Indonesia berhasil mencapai kemerdekaan berkat para pahlawan yang berasal dari berbagai suku, budaya dan agama yang berbeda-beda. Berlatar belakang hal tersebut, isu keberagaman harus dirawat bersama-sama.
Keberagaman di Indonesia adalah bagian dari identitas bangsa. Memahami keberagaman adalah kemampuan penting yang harus dimiliki setiap warga negara.
Keberagaman berarti memahami bahwa setiap individu memiliki keunikan masing-masing dan mengakui perbedaan individu lainnya.
Perbedaan individu bisa meliputi berbagai bidang, seperti etnis, jenis kelamin, orientasi seksual, keyakinan agama, politik, dan ideologi lainnya.
Baca Juga:Putri Gus Dur Berharap Platform Rona Jadi Ruang untuk Semua, Apa Pun Identitanya
Faktanya, masyarakat Indonesia banyak yang masih menutup mata akan hal tersebut. Perbedaan antara satu dengan yang lain justru menjadi ancaman karena tidak saling menghormati dan menghargai.
Pengalaman tentang perbedaan yang tidak seragam dengan kaum mayoritas Indonesia dirasakan oleh empat orang aktivis ini.
Mereka adalah Inayah Wahid selaku pegiat Hak Asasi Manusia (HAM), Jennifer Odelia selaku Community, Rico Tude seorang Community, dan Maulidya selaku Manajer Kampanye Sejuk & Produser Podcast Rujuk.
"Misalnya yang menimpa saya. Banyak orang memandang saya adalah orang jahat, menyimpang bahkan sadis karena saya adalah kaum LGBT," ujar Maulidya dalam acara peluncuran platform berita Rona lewat Zoom Meeting pada Jumat, (20/5/2022).
Maulidya menjelaskan, mereka yang memandang jika perbedaan dianggap sebuah kejahatan maka belum paham makna dari Bhineka Tunggal Ika.
Baca Juga:Catat, Ker..! 47 Cagar Budaya di Kota Malang Ini Sudah Ditetapkan Sebagai Warisan Sejarah
"Dari awal pembentukan negara ini, semboyan negara kita saja Bhineka Tunggal Ika. Tapi ternyata keberagaman tidak diterima dengan baik oleh kaum mayoritas. Lingkungan terdekat kita memang masih banyak yang menutup mata jadi semoga kita tidak lelah berjuang," ujarnya.
Hal lain juga diungkapkan oleh Jennifer Odelia seorang pegiat media sosial tentang keberagaman. Suatu momen, Jenni yang menganut agama Nasrani ini bertemu dengan sejumlah anak sekolah muslim. Mereka menanyakan kalung salib yang dipakai saat itu.
"Kak, kok Tuhan disalib? Saya kasih tahu mereka kalau Indonesia itu enggak hanya muslim, tapi ada yang lain yang berbeda dengan mereka. Jadi maksud saya, tugas kita bersama memperkenalkan keberagaman sejak dini, karena kalau enggak kasihan mereka," kata dia.
Sementara bagi Rico Tude yang merupakan anak muda peduli keberagaman menyatakan, keragaman yang menjadi persoalan ini harus diperbaiki oleh bangsa. Yang paling dasar dimulai dari sistem pendidikan di Indonesia.
"Saya melihat jeleknya anak muda zaman sekarang dalam melihat perbedaan," ungkap Riko.
Sedangkan bagi Inayah Wahid, aktivis HAM, keberagaman yang berujung perdebatan merupakan konsekuensi logis produk pendidikan Indonesia yang kurang memaknai keragaman budaya dalam kehidupan sehari-hari.
"Jadi edukasi tentang keberagaman sejak dini itu memang penting. Kalau enggak masih banyak kelompok minoritas yang dipersekusi. Kita harus menerima bahwa keberagaman itu ada dan tidak boleh dari masing-masing dari kita itu sama," ucap putri bungsu Presiden ke-4 Gus Dur tersebut.
Mereka sepakat bahwa keberagaman lebih humanis di Indonesia dari pada keseragaman.